Ramadan selalu ditunggu setiap tahunnya,
walaupun banyak yang tidak merindukan hari indah tersebut.
“Nyai, lagi ngapain?” tanya seseorang
di balik pintu kamar.
“Lagi buat kotak kardus, Mak. Kan lebaran
sebentar lagi, jadi Nyai buat ini untuk nanti salam tempel,”
Kardus bekas dilipat dan diberi lem
untuk menempelkannya menjadi sebuah kotak yang diinginkan.
“Boleh Mamak bantuin?” ucapnya.
“Gakusah, Mak. Soalnya ini sambil menunggu buka tiba. Mamak sibuk,”
“Iya, Mamak tinggal dulu masak,
janga nlupa bereskan sisa-sisa kardusnya,” ujar Mamak sembari meninggalkan kamar.
“Iya, Mak.”
Sudah beberapa tahun ini Saza,
gadis berumur 9 tahun sudah melaksanakan puasa. Walaupun terkadang masihsering bolos atau tidak tamat dalam berpuasa namun,
kedua orang tuanya sangatbangga memilikianak yang shalehah.
Semenjak Saza berkunjung kerumah nenek
yang di kampung, banyak orang-orang memberikan uang.
Waktu itu, Saza bingung karena tidak
ada tempat untuk menyimpan uang yang diadapatkan. Akhirnya, uang tersebut dipakai
untuk berkunjung kesebuah tempat yang indah.
“Tahun ini apakah akan mendapatkan salamtempel
banyak, ya?” ketusnya dalamhati.
Kardus yang sudah jadi dan berbentuk
kotak, di berikan gamb ar uang lembaran di kotak tersebut.
….
Waktu lebaran tinggal menghitung jam saja.
Saza, masih sibuk menatap dan memperbaiki
kardus yang dibuatnya beberapa hari menjelang lebaran.
“Mak, apa kotak ini bagus tidak?
Soalnya Nyai masih ragu-ragu menaruhnya di depan,” ujar Saza pada Mamaknya.
“Bukan kotaknya yang harus bagus, Nyai.
Tapi, bagaimana kita menyambut tamu-tamu yang dating untuk bersilaturahmi,” ucap Mamak
“Tapi …,”
“Nyai, dengerin Mamak. Nyai
itui ngin dapat hadiahnya atau pahala dari puasa yang satubulan penuh?”
“Tapi …,”(Saza masih bingung dengan
ucapan Mamaknya)
“Biarkan kotak jelek, karena itu kreasi sendiri bukan
membeli. Berapapun uang masuk dalam kotak tersebut ketika salam temple jangan bersedih,”
“Mak, kalau salam tempel ini tidak banyak
nanti Nyai tidak mau puasa lagi,”
“Nyai, apa? Kalau kamu tidak
mau puasa lagi, jangan jadikan Mamak sebagai Mamakmu lagi. Karena Mamak tidak mau
kalau kamu berpuasa niatnya untuk mendapatkan uang dari salam temple ketika hari
lebaran,” Ujar Mamak, begitu marahnya.
“Iya, Nyai janji tidak akan mengulangi hal seperti itulagi.
Tapi, bagaimana dengan kotak yang Nyai buat, Mak? Buang atau tetap simpan
di atas meja,”
“Simpan saja, nanti kamu kasih tulisan
saja biar orang-orang tidak melewatkan salam tempelnya,”
“Iya, Mak.”
Saza pun bergegas ke kamar untuk membuat
tulisan agar memikat orang-orang yang berdatangan kerumahnya.
…
Hari lebaran pun tiba, banyaksekali
yang berkunjungkerumah Saza. Mereka tertawa dengan ceria, sambil menyantap hidangan
yang telah disediakan oleh Mamak.
Kaget, ketika kotak ituada yang
melihatnya.
“SALAM
TEMPEL, TEMPELNYA KE DALAM KOTAK INI”
Sebuah tulisan yang susah untuk mengelak
lagi.
“Ada-ada saja nih, Saza.” Ketus Paman
Sanusi, sembari memasukan uang kedalam kotak tersebut.
“Asik! Akhirnya ada juga yang
menempelkan uang kedalam kotak yang aku buat.” Ucap Saza dalam hatinya.
Kegembiraan pun terlihat jelas dari
raut wajah Saza, karena dia sempa tmarah akibat ucapan Mamaknya.
“Benar kata Mamak,
kalaukitaituharusikhlasketikaberpuasa. Karena, rejekitidakakankemana.”
ketusnya.
..
Para tamu pun meninggalkan rumah Saza.
Kotak kardus pun dibukanya, karena sudah
tidak sabar untuk melihat hasilnya apakah lebih besar dari tahun sebelumnya atau
malah sebaliknya.
Tutupnya di buka, satu per satu lembaran
uang di rapihkan dan dihitung.
“Mak—Mak—Mak …,” teriak Saza.
“Ada apa, Nyai?”
“Ini, Mak. Uangnya!”
“Kenapa uangnya? Kurang atau bagaimana?”
Tanya Mamak.
“Mak, uangnya Mak,”
“Iya, uangnya kenapa?” Mamak semakin
penasaran.
“Uangnya mau Nyai beliin sepeda,
Mak,”
“Alhamdulillah, kata Mamak juga
janganlah berpuasa karena uang. Soalnya, ketika kamu tidak dapat uang puasa pun
tidak akan mendapat pahala ,”
“Iya, Mak. Nyai sekarang tidak
akan puasa karena uang,”
“Sekarang kamu bias beli sepeda,
dan tetap belajar jadi nomor satu jangan bermain sepeda, ya!”
“Iya, Mak. Nyai sayang
Mamak, deh.”
Akhirnya, salam tempel yang selalu menempelkan
tangan satu sama lain berubah menjadi menempelkan uang kedalam kotak kardus.
Kalau kita berkreasi pasti barang bekas
akan menjadi sesuatu yang berguna.