Selasa, 08 Desember 2015

Makalah Pengolahan Lahan Tanaman Cabai Keriting, Oleh: Asep Dani



1.    Sejarah Tanaman Cabai Keriting (Capsicum Annuum L)
Cabe merupakan tanaman buah semusim yang digunakan oleh masyarakat untuk penyedap makanan dan penghangat badan. Klasifikasi tanaman cabe merah yakni Capsicum Annuum L. Cabe sekarang ini banyak varietas cabe  yang berkembang di Indonesia contohnya di Jawa Barat dan Sumatera telah berkembang cabe merah berukuran kecil yang diberi nama “keriting”. Di Jawa Tengah dan Kalimantan cabe merah berukuran besar yang biasa disebut cabe “Cirebon”. Di Jawa Timur cabe berbuah kecil dan bengkok disebut degan “Tempar”. Cabe berasal dari Meksiko, kemudian pada abad ke-8 tanaman cabe mulai dikenal di Amerika Selatan dan Amerika Tengah, kini telah menyebar diberbagai Negara tropic termasuk Indonesia.

Agar cabe bisa tumbuh dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
 Tanah yang perlu diperhatikan dari tanah yakni kesuburan tanah dan lapisan bunga tanahnya. Hal ini disebabkan karena system perakaran cabe yang cukup dalam dan menyebar. Lalu Iklim, cabe sebaiknya ditanam ditempat  yang iklimnya agak lembab, curah hujan antara 600 – 1200 mm per tahun. Kemudian yang perlu diperhatikan juga yaitu suhu udara, suhu udara yang baik yakni 21-28 derajat Celcius, oleh karena itu cabe cocok ditanam di daerah dengan ketinggan kurang dari 800 m dpl.
            Cara bertanam cabe, pertama adalah persiapan tanah, pengerjaan dilakukan pada waktu tanah kering sehingga tidak lengket , lalu  tanah juga dibersihkan dari alang-alang dan diberi selokan. Kedua yaitu persemaian biji cabe disemaikan dalam geritan ditempat yang sudah disediakan, pada jarak geritan 5 cm. penaburan biji harus dilakukan dengan hati-hati. Waktu penyemaian yang harus diperhatikan adalah kemurnian dan kesehatan benih dan kondisi benih. Ketiga yaitu penanaman, yang diperhatikan yaitu umur bibit dipindahkan ke dalam lahan kebun pada umur 6 minggu, jarak tanam penanaman yaitu dianjurkan 40 X (60-80) cm. Pola tanam dapat dilakukan dengan monokultur ataupun tumpang sari dengan tanaman lain seperti bawang daun. Keempat yaitu pemupukan, pemupukan bisa menggunakan pupuk organic maupun anorganik sesuai dengan kebutuhan. Kelima adalah pendangiran yaitu usaha untuk menggemburkan tanah,namun pendangiran harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman. Keenam yakni pengairan, pada musim kemarau tanaman dapat diberi air 3 hari sekali. Tetapi setelah berbunga diberi air 1-2 hari sekali. Ketujuh yaitu pemberantasan hama dan penyakit, seperti hama serangga dan kutu daun yang sangat membahayakan bagi tubuhan, namun masih dapat diatasi dengan pemberian semprotan pestisida.
            Pemanenan cabe dapat dilakukan saat buah cabe merah sempurna atau baru merah sebagian, tergantung dari tujuannya. Jika cabe akan diangkut ketempat yang jauh maka cabe dipanen saat merah sebagian. Untuk penyimpanan jangka panjang dapat dilakukan dengan cara dikeringkan. Perabaikan varietas dapat dilakukan agar produksi dan kualitas cabe tinggi, tahan terhadap penyakit, tahan terhadap curah hujan tinggi. Perbaikan varietas ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan mengimpor benih dari luar negri dan cara persilangan. Pebibitan, taanaman untuk pembibitan haruslah dilakukan pada lahan yang terisolasi, agar benih yang dihasilkan bebas dari penyakit ataupun persilangan bebas. Isolasi yang dimaksud adalah isolasi waktu yaitu ditanam pada saat taanaman cabe lain tidak ada, isolasi tempat yakni cabe dipisahkan dari tanaman cabe lainya 50-400 m, isolasi tanaman yaitu dengan mengurungi setiap bunganya. Penyimpanan benih dilakukan jika biji telah kering, dibersihkan dari campuran atau kotoran benda lain.

A.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana cara mengolah Tanah Pada Tanaman Cabai Keriting yang baik dan benar?
b.      Zat-zat apa saja yang terkandung dalam tanah agar Cabai Keriting dapat tumbuh dengan baik?
B.     Tujuan
a.       Mengetahui teknik pengolahan lahan sebelum penanaman Cabai Keriting
b.      Mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pengolahan tanah
c.       Mengetahui kontur dan sifat tanah yang cocok untuk Tanaman Cabai Keriting.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Sejarah Komoditas
Cabai atau cabai merah atau chili adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" ke sepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar.

B.     Karakteristik Komoditas (Klasifikasi dan Syarat Tumbuh)
Pada umumnya cabai keriting dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai keriting adalah 240 – 270C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 – 230 C. Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanamancabai keriting. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai keriting menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 – 6.8.
   Panen cabai keriting sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan lingkungan tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai keriting mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali. Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali. Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai keriting dipilih pada tingkat kemasakan 85% – 90% saat warna buah merah-kehitaman. Di dataran rendah, panen cabai keriting untuk tujuan ekspor dapat diatur 2 hari sekali sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari sekali.

1. Klasifikasi Tanaman Cabai
  Tanaman cabai (Capsicum annuum, L), merupakan salah satu komoditi hortikultura yang tergolong tanaman semusim.  Adapun klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut :
Devisi              : Spermathophyta
Sub devisi        : Angiospermae          
Class                : Dicotyledoneae
Sub class          : Metachlamydeae
Famili              : Solanaceae   
Spesies : Capsicum annuum L.

2.   Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Walaupun tanaman cabai dapat ditanam pada berbagai keadaan topografi tanah, mulai dari topografi berbukit hingga topografi datar tetapi harus tetap memperhitungkan segi biaya eksploitasi maupun keamanan-nya. Pada lahan dengan lokasi berbukit, akan membutuhkan biaya yang lebih besar dibanding lahan dengan topografi datar, terutama dalam pengangkutan hasil ke lokasi penampungan. Tanaman cabai akan tumbuh baik dan menghasilkan produksi buah yang maksimal, maka tanaman cabai menghendaki keadaan kondisi yang diinginkan tanaman itu sendiri.
Tanaman cabai tidak menghendaki curah hujan yang tinggi karena tidak tahan terhadap guyuran air hujan secara terus-menerus, terutama pada periode pembungaan (banyak bunga yang gugur). Curah hujan yang dikehendaki tanaman cabai antar 600-1250 mm yang tersebar merata disepanjang masa pertumbuhan.
Beberapa kondisi ekologis yang perlu dipenuhi untuk tanaman cabai adalah sebagai berikut :
a.  Keadaan iklim
         Cabai dapat ditanam pada dataran rendah hingga daerah ketinggian 1.300 m dpl. Penanaman di dataran tinggi memerlukan teknik budidaya tersendiri serta pemilihan benih yang adaptif terhadap lingkungan dataran tinggi. Cabai membutuhkan iklim yang tidak terlalu dingin dan tidak pula terlalu lembab. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 25-30oC dan untuk pembentukan buah pada kisaran 16-23oC. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh.
b.  Tanah
         Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian cocok pula bagi tanaman cabai. Tanaman cabai dapat ditanaman pada tanah sawah maupun tegalan. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit menular. Kisaran pH tanah yang ideal adalah 6,5-6,8. Pada pH di bawah 6,5 atau diatas 6,8 pertumbuhan cabai akan terhambat yang berakibat rendahnya produksi. Pada tanah yang tergenang seringkali menyebabkan gugur daun dan tanaman mudah terserang penyakit layu.



BAB III
PENGOLAHAN LAHAN TANAMAN CABAI KERITING

A.     Pengolahan Lahan
1.      Mengolah Lahan
Lahan adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan dan manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Metode  atau cara pengolahan lahan dibagi menjadi dua yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara modern.
            Metode Pengolahan Lahan
1.   Pengolahan Lahan Secara Konvensional
Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk lahan lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu.  Metode ini biasanya banyak dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan dengan system ini banyak menagalami kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu  yang lama dalam pengerjaannya.


2.  Pengolahan Lahan Secara Modern
Pengolahan lahan dengan  cara modern biasanya banyak dilakukan untuk tanaman tanaman perkebunan dan memiliki lahan yang luas. Pengolahan lahan dengan cara ini biasannya menggunakan mesin. Pengolahan lahan dengan sistem  ini memiliki kelebihan diantaranya lebih cepat dalam proses pengerjaan, serta dapat menghemat waktu penanaman. Kekurangan dari system ini yaitu dibutuhkannya modal yang besar dalam pengupayaannya.
Macam-macam System Pegolahan Lahan
1. Pengolahan Lahan Sempurna
Pengolahan lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi pembajakan, pemupukan dan rotary.
2.  Olah Lahan Minimum.
Pegolahan lahan dengan olah tanah minimum hanya meliputi pembajakan( tanah diolah, dibalik, kemudian tanah diratakan). Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak dilakukan untuk lahan persawahan.
3. Tanpa Olah Tanah(TOT)
Pengolahan lahan pada system ini hanya meliputi penye,protan guna membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditungg hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini biasanya digunakan sisti tajuk dalam proses penanamannya.

Pengolahan lahan juga tentunya harus memperhatikan topografi dan kontur keadaan lahan. Semakin curam keadaan maka akan semakin besar tingkat erosi yang terjadi. Jika tingkat erosi semakin besar maka humus dan zat hara dalam tanah akan semakain banyak hilang. Berikut adalah tingkat kecuraman dan sifat tanah
1.  Hampir Datar
Pada  topografi ini tanah memiliki sifat diantaranya  pengairan baik, mudah diolah ancaman erosi kecil, , tidak terancam banjir. kemampuan menahan air baik, subur, dan respon terhadap pupuk. Pada lahan seperti ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian
2.  Lereng Landai                             
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya struktur tanah kurang baik, ada ancaman erosi, pengolahan harus hati-hati,
3.  Lereng Miring
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya baik ditanami untuk tanaman semusim mudah tererosi bergelombang tanahnya padas, kemampuan menahan air rendah.
4. Lereng Miring dan Berbukit
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya lapisan tanah tipis, kemampuan menahan air rendah  sangat mudah tererosi dan, sering banjir. kandungan garam natrium tinggi
5. Datar
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tidak cocok untuk pertanian, selalu tergenang air dan tanahnya berbatu-batu
6.. Lereng Agak  Curam
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu-batu, erosi kuat, tidakcocok untuk pertanian.
7. Lereng Curam
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu, erosi sangat kuat, perakaran sangat dangkal, hanya  untuk  padang rumput
8. Lereng Sangat Curam
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya berbatu dan kemampuan menahan air sangat rendah  tidak cocok untuk pertanian, lebih sesuai dibiarkan (alami)

2.      Tanaman Cabai Keriting
Cabe merupakan tanaman buah semusim yang digunakan oleh masyarakat untuk penyedap makanan dan penghangat badan. Klasifikasi tanaman cabe merah yakni Capsicum Annuum L. Cabe sekarang ini banyak varietas cabe  yang berkembang di Indonesia contohnya di Jawa Barat dan Sumatera telah berkembang cabe merah berukuran kecil yang diberi nama “keriting”. Di Jawa Tengah dan Kalimantan cabe merah berukuran besar yang biasa disebut cabe “Cirebon”. Di Jawa Timur cabe berbuah kecil dan bengkok disebut degan “Tempar”. Cabe berasal dari Meksiko, kemudian pada abad ke-8 tanaman cabe mulai dikenal di Amerika Selatan dan Amerika Tengah, kini telah menyebar diberbagai Negara tropic termasuk Indonesia.
            Agar cabe bisa tumbuh dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: Tanah yang perlu diperhatikan dari tanah yakni kesuburan tanah dan lapisan bunga tanahnya. Hal ini disebabkan karena system perakaran cabe yang cukup dalam dan menyebar. Lalu Iklim, cabe sebaiknya ditanam ditempat  yang iklimnya agak lembab, curah hujan antara 600 – 1200 mm per tahun. Kemudian yang perlu diperhatikan juga yaitu suhu udara, suhu udara yang baik yakni 21-28 derajat Celcius, oleh karena itu cabe cocok ditanam di daerah dengan ketinggan kurang dari 800 m dpl.
            Cara bertanam cabe, pertama adalah persiapan tanah, pengerjaan dilakukan pada waktu tanah kering sehingga tidak lengket , lalu  tanah juga dibersihkan dari alang-alang dan diberi selokan. Kedua yaitu persemaian biji cabe disemaikan dalam geritan ditempat yang sudah disediakan, pada jarak geritan 5 cm. penaburan biji harus dilakukan dengan hati-hati. Waktu penyemaian yang harus diperhatikan adalah kemurnian dan kesehatan benih dan kondisi benih. Ketiga yaitu penanaman, yang diperhatikan yaitu umur bibit dipindahkan ke dalam lahan kebun pada umur 6 minggu, jarak tanam penanaman yaitu dianjurkan 40 X (60-80) cm. Pola tanam dapat dilakukan dengan monokultur ataupun tumpang sari dengan tanaman lain seperti bawang daun. Keempat yaitu pemupukan, pemupukan bisa menggunakan pupuk organic maupun anorganik sesuai dengan kebutuhan. Kelima adalah pendangiran yaitu usaha untuk menggemburkan tanah,namun pendangiran harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman. Keenam yakni pengairan, pada musim kemarau tanaman dapat diberi air 3 hari sekali. Tetapi setelah berbunga diberi air 1-2 hari sekali. Ketujuh yaitu pemberantasan hama dan penyakit, seperti hama serangga dan kutu daun yang sangat membahayakan bagi tubuhan, namun masih dapat diatasi dengan pemberian semprotan pestisida.
Pengolahan Lahan Tanaman Cabai Keriting, bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.
1) Persiapan
       Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2) Pembukaan Lahan
        Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan
       Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4) Pengapuran
       Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar ada barisan tanaman.


5) Pemupukan
       Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;
b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;
c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
A.     Hasil
Dari hasil pengamatan yang telah saya lakukan selama praktek kerja lapangan adalah:
1.      Mengetahui jenis dan kontur tanah sebelum dilakukan pengolahan
2.      Membiarkan lahan yang sudah diolah agar unsur haranya terjaga sebelum dilakukan penanaman

B.     Pembahasan
1.      Pengolahan dilakukan agar unsur hara yang ada dalam tanah bercampur.
2.      Kontur  dan jenis tanah mempengaruhi dalam pengolahan
3.      Pembentukan bedengan dilakukan agar tidak digenangi oleh air


BAB V
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Lahan adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan dan manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman.
Untuk itu kita mesti tahu jenis dan kontur tanah sebelum melakukan pengolahan pada tanah tersebut.

B.     Saran
Setelah melakukan pengamatan tentang pengolahan lahan pada tanaman cabai keriting, bahwa mengetahui jenis dan kontur tanah itu sangat penting. Karena tidak semua tanaman cocok pada setiap tanah. Untuk itu kita harus mengamati dan memperhatikan jenis, tekstur dan kontur tanah.

PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN MENTIMUN




 

     Panen


Masa panen buah mentimun yaitu pada saat  tanaman berumur 2-3 bulan setelah tanam, atau tergantung  dengan varietasnya, system tanam maupun tujuan pemasarannya. Buah mentimun untuk bahan sayuran ataupun asinan dipanen sebagai “buah muda”, sedangkan mentimun suri (Puan) untuk pencampur minuman dipanen sebagai “buah tua” (matang).


Untuk mentimun lokal, panen buah pertama rata-rata ketikaa tanaman berumur 48 hari atau +  6 minggu setelah benih ditanamam. Sedangkan buah mentimun hibrida dapat dipanen pertama pada umur 42 hari setelah bibit dipindah tanamkan dari persemaian ke kebun. Panen berikutnya dilakukan setiap 5-10 hari sekali, dengan cara memilih buah yang ukurannya sesuai dengan permintaan pasar, kecuali pada mentimun suri (Puan) pemanenan dilakukan sekaligus ataupun bertahap setelah buahnya tua (matang).


Masa panen juga terdapat waktu yang paling baik yaitu, sekitar jam 07.00 – 09.00, agar pada buah mentimun tidak terdapat air (embun). Cara panennya dengan memetik (memotong) tangkai buah menggunakan alat bantu pisau tajam agar tidak merusak tanaman.


Berdasarkan hasil  pengamatan, produktivitas mentimun lokal antara 0,938 kg – 1,638 kg/tanaman dan setiap pohon menghasilkan 4-5 buah. Produktivitas mentimun hibrida dapat mencapai 10 kg/tanaman, dan setiap pohon menghasilkan antara 10-12 buah. Pertanaman mentimun yang baik dapat menghasilkan 20 ton buah/ hektar atau lebih.


 


 Penanganan Pasca Panen


Buah mentimun termasuk bahan sayuran (makanan) yang mudah busuk dan rusak. Oleh karena itu selepas panen perlu penanganan pasca panen yang memadai untuk mempertahankan kesegaran, mencegah susut dan kerusakan.


Setelah buah mentimun dipetik (dipanen), buah segera dimasukkan ke dalam wadah yang strukturnya tidak keras, misalnya karung goni (waring) atau keranjang plastik.


Tahapan penanganan pasca panen selanjutnya meliputi kegiatan:


 


1.      Pengumpulan Hsil


Hasil panen dari kebun langsung diangkut ke tempat penampungan (pengumpulan) sementara, misalnya ruang gudang atau tempat lain yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung.


 


2.      Pemilihan (sortasi) dan Klasiikasi


Buah yang kurang baik bentuknya (bengkok), busuk atau rusak harus dipisahkan dari buah yang baik. Untuk sasaran pasar Swalayan, buah mentimun diklasifikasikan sesuai dengan kriteria mutu yang diminta konsumen (pasar).


 


Kalsifikasi buah mentimun dibedakan tiga kelas, yaitu:


a.       Kelas A: panjang 16-20 cm, diameter 1,5 cm, bentuk buah bagus, lurus, bulat dan mulus.


b.      Kelas B: panjang 20-23 cm, diameter 2,0 cm, bentuk buah bagus, lurus, bulat dan mulus.


c.       Kelas C: buah afkiran yang panjangnya lebih dari 23 cm.


Khusus untuk mentimun asinan, kriteria panjang buah tidak menjadi patokan tetapi diameternya tidak lebih dari  4 cm. Meskipun demikian, kriteria mutu buah mentimun ini tidak sama di setiap daerah atau pasar, tergantung selera konsumen.


 


3.      Pencucian dan Penirisan


Buah mentimun yang telah diklasifikasikan segera dicuci dalam air mengalir atau air yang disemprotkan hingga bersih. Selesai pencucian, langsung ditiriskan di tempat kering untuk menghilangkan air yang menempel.


 


4.      Pewadahan dan pemasaran


Buah mentimun yang telah bersih dan kering dimasukkan ke dalam wadah, misalnya karung, dus karton atau kontainer lainnya. Posisi buah diatur sedemikian rupa, baik secara berdiri maupun ditidurkan bersusun. Buah mentimun yang sudah diwadahi (packing) siap diangkut dan dipasarkan.