Selasa, 08 Desember 2015

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS Oleh: Asep Dani





A.     Hama dan Penyakit
1.      Hama
a.      Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
Dikenal dengan nama ulat tritip, Diamond-black moth, hileud keremeng, ama bodas, ama karancang (Sunda), omo kapes, kupu klawu (Jawa). Ciri:
1)      Siklus hidup 2-3 minggu tergantung temperatur udara.
2)      Ngengat betina panjang 1,25 cm berwarna kelabu, mempunyai tiga buah titik kuning pada sayap depan, meletakkan telur dibagian bawah permukaan daun sebanyak 50 butir dalam waktu 24 jam
3)      Telurnya berbentuk oval, ukuran 0,6-0,3 mm, berwarna hijau kekuningan, berkilau, lembek dan menetas ± 3 hari;
4)      Larva Plutella berwarna hijau, panjang 8 mm, lebar 1 mm, mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari, ngengat kecil berwarna coklat keabu-abuan;
5)      Ngengat aktif dimalam hari, sedangkan siang hari bersembunyi dibawah dibawah sisa-sisa tanaman, atau hinggap dibawah permukaan daun bawah.

 Gejala:
1)      Biasanya menyerang pada musim kemarau
2)      Daun berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja;
3)      Umumnya menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak tanaman yang sedang membentuk bunga.
Pengendalian:
(1)   Mekanis: mengumpulkan ulat-ulat dan telurnya, kemudian dihancurkan.
(2)   Kultur teknik: pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman yang bukan famili Cruciferae; pola tumpang sari brocolli dengan tomat, bawang daun, dan jagung; dengan tanaman perangkap (trap crop) seperti Rape/Brassica campestris ssp. Oleifera Metg.
(3)   Hayati/biologi: menggunakan musuh alami, yaitu parasitoid (Cotesia plutella Kurdj, Diadegma semiclausum, Diadegma eucerophaga) ataupun predatornya.
(4)   Sex pheromone : adalah "Ugratas Ungu" dari Taiwan. Bentuk sex pheromone ini seperti benang nilon berwarna ungu sepanjang ± 8 cm. Cara penggunaan : Ugratas ungu dimasukkan botol bekas agua, kemudian dipasang dilahan perkebunan pada posisi lebih tinggi dari tanaman. Daya tahan ugratas terpasang ±3 minggu, dan tiap hektar kebun memerlukan 5-10 buah perangkap.
(5)   Kimiawi: menyemprotkan insektisida selektif  berbahan aktif Baccilus thuringiensis seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC atau Thuricide HP pada konsentrasi 0,1-0,2%, Agrimec 18 FC, pada konsentrasi 1-2 cc/liter. 

b.      Ulat Croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat croci disebut hileud bocok (sunda). Ciri:
1.      Siklus hidup 22-32 hari, tergantung suhu udara
2.      Ulat berwarna hijau, pada punggung terdapat garis hijau muda dan perut kuning, panjang ulat 18 mm, berkepompong di dalam tanah dan telur diletakkan dibawah daun secara berkelompok berbentuk pipih menyerupai genteng rumah
3.      Menyerang tanaman yang sedang membentuk bunga.

Pengendalian:
 sama dengan ulat Prutella, parasitoid yang paling cocok adalah Inareolata sp. 

c.       Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
Ulat tanah disebut ulat taneuh, hileud orok (Sunda) atau uler lettung (Jawa). Ciri:
1)       Siklus hidup 6-8 minggu.
2)      Kupu-kupu ataupun ulatnya aktif pada senja dan malam hari, pada siang hari bersembunyi di bawah daun (kupu-kupu) dan permukaan tanah (ulat).

 Gejala:
memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman, sehingga tanaman muda rebah dan pada siang hari tampak layu.
Pengendalian:
1.      Mekanis: mencabut ulat-ulat tanah dan membunuhnya
2.      Kultur teknis: pembersihan kebun dari rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang dijadikan tempat bertelur hama tanah
3.      Kimiawi: dengan umpan beracun dan semprotan insektisida.Campuran dari 125-250 gram Dipertex 95 SL, 10 kg dedak, 0,5-1,0 kg gula merah dan 10 liter air untuk tanaman seluas 0,25-0,5 hektar. Umpan tersebut disebarkan disekeliling tanaman pada senja dan malam hari. dapat juga disemprotkan insektisida Dursban 20 EC 1 cc/liter air. Waktu penyemprotan sehabis tanam dan dapat diulang 1-2 kali seminggu. 

d.        Kutu Daun (Aphis brassicae)
Hidup berkelompok dibawah daun atau massa bunga (curd), berwarna hijau diliputi semacam tepung berlilin. Gejala: menyerang tanaman dengan menghisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun menguning dan massa bunga berbintik- bintik tampak kotor. Menyerang hebat dimusim kemarau.
Pengendalian:
menyemprotkan insektisida ORTHENE 75 SP atau Hostathion 40 EC 1-2 cc/liter air. 

e.         Ulat daun 
Misalnya ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp., Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura), Ciri:
1.      Ulat-ulat jengkal (Trichoplusiana sp.): Cara berjalannya aneh dan melipat dua bila merangkak. Panjang 4 cm, berwarna hijau pucat dan berpita warna muda pada tiap sisi badan. Kupu-kupu ulat jengkal berwarna coklat keabu-abuan dan berbintik-bintik berwarna perak pada setiap sayap depannya, telur berwarna putih kehijau-hijauan diletakkan di bawah daun dan menetas dalam 3-20 hari.
2.      Chrysodzeixis chalcites Esp. dan Chrysodeixis orichalcea L.: Berwarna gelap dan terdapat bintik-bintik keemasan berbentuk "Y" pada sayap depan. Telur berukuran kecil berwarna keputih-putihan, diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok. Larva berwarna hijau bergaris-garis putih di sisinya dan jalannya menjengkal.
3.      Ulat-ulat grayak (S. litura): Ciri khas memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris kekuning-kuningan pada sisinya dengan siklus hidup 30-61 hari. Kupu-kupunya berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Telurnya berjumlah 25-500 butir diletakkan secara berkelompok di atas tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu.
Gejala: daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal urat-urat daunnya saja. Pengendalian:
1)      Mengatur pola tanam
2)      Menjaga kebersihan kebun
3)      Penyemprotan insektisida seperti Orthene 75 SP 1 cc/liter air, Hostathion 1-2 cc/liter air, Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC
4)      Khusus untuk ulat grayak dapat digunakan sex pheromena (Ugratas Merah
5)      Bila terjadi serangan Spodoptera exiqua dapat digunakan Ugratas Biru. 

f.          Bangsa siput
Bangsa siput yang biasa menyerang antara lain:
1.      Achtina fulica Fer., yaitu siput yang mempunyai cangkang atau rumah, dikenal dengan bekicot
2.      Vaginula bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang, warna keabu-abuan
3.      Parmarion pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang berwarna coklat kekuningan.
Gejala: menyerang daun terutama saat baru ditanam dikebun.
Pengendalian: dengan menyemprotkan racun Helisida atau dengan dikumpulkan lalu dihancurkan dengan garam atau untuk makanan ternak. 

g.        Cengkerik dan Gangsir (Gryllus mitratus dan Brachytrypes portentosus).
Gejala: menyerang daun muda (memotong) pada malam hari; terdapat banyak  lubang di dalam tanah.
Pengendalian:
Dengan insektisida atau menangkap dengan menyirami lubang dengan air agar hama keluar.  
h.        Orong-orong. 
Hidup dalam tanah terutama yang lembab dan basah. Bagian yang diserang adalah sistem perakaran tanaman.
 Gejala: pertumbuhan terhambat dan daun menguning.
Pengendalian: pemberian insektisida ke liang. 

B.     Penyakit
a.      Busuk Hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
Penyebab: bakteri, dan merupakan patogen tular benih (seed borne), dan dapat  dengan mudah menular ketanah atau ke tanaman sehat lainnya.
Gejala:
1)      Tanaman semai rebah (damping off), karena infeksi awal terjadi pada kotiledon, kemudian menjalar keseluruh tanaman secara sistematik
2)      Bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga yang diserang
3)      Gejala khas daun kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf "V", lalu mengering. Batang atau massa bunga yang terserang menjadi busuk berwarna hitam atau coklat, sehingga kurang layak dipanen.
Pengendalian:
(1)   Memberikan perlakuan pada benih seperti telah dijelaskan pada poin pembibitan sub poin penyiapan benih
(2)   Pembersihan kebun dari tanaman inang alternatif
(3)   Rotasi tanaman selama ± 3 tahun dengan tanaman tidak sefamili. 

b.        Busuk Lunak (Erwinia carotovora Holland.)
Penyebab: bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman sewaktu masih di kebun hingga pasca panen dan dalam penyimpanan.
Gejala:
(1)   Luka pada pangkal bunga yang hampir siap panen
(2)   Luka akar tanaman scara mekanis, serangga atau organisme lain
(3)   Luka saat panen
(4)   Penanganan atau pengepakan yang kurang baik.
Pengendalian:
(1)   Pra panen: membersihkan sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan ditanami; menghindari kerusakan tanaman oleh serangga pengerek atau sewaktu pemeliharaan tanaman; menghindari bertanam kubis-kubisan pada musim hujan di daerah basis penyakit busuk lunak.
(2)   Pasca panen: menghindari luka mekanis atau gigitan serangga menjelang panen; menyimpan hasil panen dalam keadaan kering, atau kalau dicuci dengan air bersih, harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan; berhati-hati dalam membawa atau mengangkut hasil panen ketempat penyimpanan untuk mencegah luka atau memar; menyimpan hasil ditempat sejuk dan mempunyai sirkulasi udara baik. 


c.         Akar Bengkak atau Akar Pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.)
Penyebab: cendawan Plasmodiophora brassicae.
Gejala:
(1)   Pada siang hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau pagi hari daun tampak segar kembali
(2)   Pertumbuhan terlambat, tanaman kerdil dan tidak mampu membentuk bunga bahkan dapat mati
(3)   Akar bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam.
Pengendalian:
(1)   Memberi perlakuan pada benih seperti poin penyiapan benih
(2)   Menyemai benih di tempat yang bebas wabah penyakit
(3)   Melakukan sterilisasi media semai ataupun tanah kebun dengan Besamid-G 40-60 gram/m2 untuk arel pembibitan atau 60 gram/m2untuk kebun
(4)   Melakukan pengapuran untuk menaikkan pH
(5)   Mencabut tanaman yang terserang penyakit
(6)   Pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis yang tidak sefamili 

d.        Bercak Hitam (Alternaria sp.)
Penyebab: cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola.
 Gejala:
(1)   Bercak-bercak berwarna coklat muda atau tua bergaris konsentris pada daun
(2)   Menyerang akar, pangkal batang, batang maupun bagian lain.
Pengendalian:
1)      Menanam benih yang sehat
2)      Perlakuan benih seperti pada poin penyiapan benih. 



e.         Busuk Lunak Berair 
Penyebab: cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan daun terutama pada luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat menyebar melalui biji dan spora.
 Gejala:
(1)   Pertumbuhan terhambat, membusuk lalu mati
(2)   Bila menyerang batang, maka daun akan menguning, layu dan rontok
(3)   Bila menyerang daun, maka daun akan membusuk dan berlendir
(4)   Gejala lain terdapat rumbai-rumbai cendawan yang berwarna putih dan lama-kelamaan menjadi hitam
Pengendalian:
(1)   Gunakan biji sehat dan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sejenis.
(2)   Pemberantasan dengan insektisida. 

f.          Semai Roboh (dumping off)
Penyebab: cendawan Rhizitonia sp. dan Phytium sp.
 Gejala:
(1)   Bercak-bercak kebasahan pada pangkal batang atau hipokotil
(2)   Pangkal batang busuk sehingga menyebabkan batang rebah dan mudah putus
(3)   Menyerang tanaman di semaian, tetapi dapat pula menyerang tanaman di lahan. Pengendalian: perlakuan benih sebelum ditanam, sterilisasi media semaian dan rotasi tanaman dengan jenis selain kubis-kubisan. 

g.        Penyakit Fisiologis
Penyebab: Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) disebut penyakit fisiologis. Kekurangan Nitrogen: bunga kecil-kecil seperti kancing atau disebut "Botoning". Kelebihan Nitrogen warna bunga kelabu dan berukuran kecil. Kekurangan Kalium massa bunga tidak kompak (kurang padat) dan ukurannya mengecil. Kelebihan Kalium tumbuh kerdil dan bunganya kecil. Pengendalian: dengan pemupukan yang berimbang.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar