A. Hama
dan Penyakit
1. Hama
a. Ulat
Plutella (Plutella xylostella L.)
Dikenal
dengan nama ulat tritip, Diamond-black moth, hileud keremeng, ama bodas, ama karancang
(Sunda), omo kapes, kupu klawu (Jawa). Ciri:
1)
Siklus
hidup 2-3 minggu tergantung temperatur udara.
2)
Ngengat
betina panjang 1,25 cm berwarna kelabu, mempunyai tiga buah titik kuning pada
sayap depan, meletakkan telur dibagian bawah permukaan daun sebanyak 50 butir
dalam waktu 24 jam
3)
Telurnya
berbentuk oval, ukuran 0,6-0,3 mm, berwarna hijau kekuningan, berkilau, lembek
dan menetas ± 3 hari;
4)
Larva
Plutella berwarna hijau, panjang 8 mm, lebar 1 mm, mengalami 4 instar yang
berlangsung selama 12 hari, ngengat kecil berwarna coklat keabu-abuan;
5)
Ngengat
aktif dimalam hari, sedangkan siang hari bersembunyi dibawah dibawah sisa-sisa
tanaman, atau hinggap dibawah permukaan daun bawah.
Gejala:
1)
Biasanya
menyerang pada musim kemarau
2)
Daun
berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang menerawang
dan tinggal urat-urat daunnya saja;
3)
Umumnya
menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak tanaman yang sedang
membentuk bunga.
Pengendalian:
(1)
Mekanis:
mengumpulkan ulat-ulat dan telurnya, kemudian dihancurkan.
(2)
Kultur
teknik: pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman yang bukan famili
Cruciferae; pola tumpang sari brocolli dengan tomat, bawang daun, dan jagung;
dengan tanaman perangkap (trap crop) seperti Rape/Brassica campestris ssp.
Oleifera Metg.
(3)
Hayati/biologi:
menggunakan musuh alami, yaitu parasitoid (Cotesia plutella Kurdj, Diadegma
semiclausum, Diadegma eucerophaga) ataupun predatornya.
(4)
Sex
pheromone : adalah "Ugratas Ungu" dari Taiwan. Bentuk sex pheromone
ini seperti benang nilon berwarna ungu sepanjang ± 8 cm. Cara penggunaan :
Ugratas ungu dimasukkan botol bekas agua, kemudian dipasang dilahan perkebunan
pada posisi lebih tinggi dari tanaman. Daya tahan ugratas terpasang ±3 minggu, dan
tiap hektar kebun memerlukan 5-10 buah perangkap.
(5)
Kimiawi:
menyemprotkan insektisida selektif
berbahan aktif Baccilus thuringiensis seperti Dipel WP, Bactospeine WP,
Florbac FC atau Thuricide HP pada konsentrasi 0,1-0,2%, Agrimec 18 FC, pada
konsentrasi 1-2 cc/liter.
b. Ulat
Croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat
croci disebut hileud bocok (sunda). Ciri:
1.
Siklus
hidup 22-32 hari, tergantung suhu udara
2.
Ulat
berwarna hijau, pada punggung terdapat garis hijau muda dan perut kuning,
panjang ulat 18 mm, berkepompong di dalam tanah dan telur diletakkan dibawah
daun secara berkelompok berbentuk pipih menyerupai genteng rumah
3.
Menyerang
tanaman yang sedang membentuk bunga.
Pengendalian:
sama dengan ulat Prutella, parasitoid yang
paling cocok adalah Inareolata sp.
c. Ulat
Tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
Ulat tanah disebut ulat taneuh,
hileud orok (Sunda) atau uler lettung (Jawa). Ciri:
1)
Siklus hidup 6-8 minggu.
2)
Kupu-kupu
ataupun ulatnya aktif pada senja dan malam hari, pada siang hari bersembunyi di
bawah daun (kupu-kupu) dan permukaan tanah (ulat).
Gejala:
memotong
titik tumbuh atau pangkal batang tanaman, sehingga tanaman muda rebah dan pada
siang hari tampak layu.
Pengendalian:
1.
Mekanis:
mencabut ulat-ulat tanah dan membunuhnya
2.
Kultur
teknis: pembersihan kebun dari rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang dijadikan
tempat bertelur hama tanah
3.
Kimiawi:
dengan umpan beracun dan semprotan insektisida.Campuran dari 125-250 gram
Dipertex 95 SL, 10 kg dedak, 0,5-1,0 kg gula merah dan 10 liter air untuk
tanaman seluas 0,25-0,5 hektar. Umpan tersebut disebarkan disekeliling tanaman
pada senja dan malam hari. dapat juga disemprotkan insektisida Dursban 20 EC 1
cc/liter air. Waktu penyemprotan sehabis tanam dan dapat diulang 1-2 kali
seminggu.
d. Kutu Daun (Aphis brassicae)
Hidup
berkelompok dibawah daun atau massa bunga (curd), berwarna hijau diliputi
semacam tepung berlilin. Gejala: menyerang tanaman dengan menghisap cairan
selnya, sehingga menyebabkan daun menguning dan massa bunga berbintik- bintik
tampak kotor. Menyerang hebat dimusim kemarau.
Pengendalian:
menyemprotkan
insektisida ORTHENE 75 SP atau Hostathion 40 EC 1-2 cc/liter air.
e. Ulat daun
Misalnya
ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp., Chrysodeixis orichalcea
L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura), Ciri:
1.
Ulat-ulat
jengkal (Trichoplusiana sp.): Cara berjalannya aneh dan melipat dua bila
merangkak. Panjang 4 cm, berwarna hijau pucat dan berpita warna muda pada tiap
sisi badan. Kupu-kupu ulat jengkal berwarna coklat keabu-abuan dan
berbintik-bintik berwarna perak pada setiap sayap depannya, telur berwarna
putih kehijau-hijauan diletakkan di bawah daun dan menetas dalam 3-20 hari.
2.
Chrysodzeixis
chalcites Esp. dan Chrysodeixis orichalcea L.: Berwarna gelap dan terdapat
bintik-bintik keemasan berbentuk "Y" pada sayap depan. Telur
berukuran kecil berwarna keputih-putihan, diletakkan secara tunggal ataupun
berkelompok. Larva berwarna hijau bergaris-garis putih di sisinya dan jalannya
menjengkal.
3.
Ulat-ulat
grayak (S. litura): Ciri khas memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam
dan bergaris kekuning-kuningan pada sisinya dengan siklus hidup 30-61 hari.
Kupu-kupunya berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan.
Telurnya berjumlah 25-500 butir diletakkan secara berkelompok di atas tanaman
dan ditutup dengan bulu-bulu.
Gejala:
daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal urat-urat daunnya saja.
Pengendalian:
1)
Mengatur
pola tanam
2)
Menjaga
kebersihan kebun
3)
Penyemprotan
insektisida seperti Orthene 75 SP 1 cc/liter air, Hostathion 1-2 cc/liter air,
Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC
4)
Khusus
untuk ulat grayak dapat digunakan sex pheromena (Ugratas Merah
5)
Bila
terjadi serangan Spodoptera exiqua dapat digunakan Ugratas Biru.
f.
Bangsa siput
Bangsa
siput yang biasa menyerang antara lain:
1.
Achtina
fulica Fer., yaitu siput yang mempunyai cangkang atau rumah, dikenal dengan
bekicot
2.
Vaginula
bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang, warna keabu-abuan
3.
Parmarion
pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang berwarna coklat kekuningan.
Gejala:
menyerang daun terutama saat baru ditanam dikebun.
Pengendalian:
dengan menyemprotkan racun Helisida atau dengan dikumpulkan lalu dihancurkan
dengan garam atau untuk makanan ternak.
g. Cengkerik dan Gangsir (Gryllus mitratus dan
Brachytrypes portentosus).
Gejala:
menyerang daun muda (memotong) pada malam hari; terdapat banyak lubang di dalam tanah.
Pengendalian:
Dengan
insektisida atau menangkap dengan menyirami lubang dengan air agar hama keluar.
h. Orong-orong.
Hidup
dalam tanah terutama yang lembab dan basah. Bagian yang diserang adalah sistem perakaran
tanaman.
Gejala: pertumbuhan terhambat dan daun
menguning.
Pengendalian:
pemberian insektisida ke liang.
B. Penyakit
a. Busuk
Hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
Penyebab:
bakteri, dan merupakan patogen tular benih (seed borne), dan dapat dengan mudah menular ketanah atau ke tanaman
sehat lainnya.
Gejala:
1)
Tanaman
semai rebah (damping off), karena infeksi awal terjadi pada kotiledon, kemudian
menjalar keseluruh tanaman secara sistematik
2)
Bercak
coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga
yang diserang
3)
Gejala
khas daun kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf "V", lalu
mengering. Batang atau massa bunga yang terserang menjadi busuk berwarna hitam
atau coklat, sehingga kurang layak dipanen.
Pengendalian:
(1)
Memberikan
perlakuan pada benih seperti telah dijelaskan pada poin pembibitan sub poin
penyiapan benih
(2)
Pembersihan
kebun dari tanaman inang alternatif
(3)
Rotasi
tanaman selama ± 3 tahun dengan tanaman tidak sefamili.
b. Busuk Lunak (Erwinia carotovora Holland.)
Penyebab:
bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman sewaktu masih di kebun
hingga pasca panen dan dalam penyimpanan.
Gejala:
(1)
Luka
pada pangkal bunga yang hampir siap panen
(2)
Luka
akar tanaman scara mekanis, serangga atau organisme lain
(3)
Luka
saat panen
(4)
Penanganan
atau pengepakan yang kurang baik.
Pengendalian:
(1)
Pra
panen: membersihkan sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan ditanami;
menghindari kerusakan tanaman oleh serangga pengerek atau sewaktu pemeliharaan
tanaman; menghindari bertanam kubis-kubisan pada musim hujan di daerah basis
penyakit busuk lunak.
(2)
Pasca
panen: menghindari luka mekanis atau gigitan serangga menjelang panen;
menyimpan hasil panen dalam keadaan kering, atau kalau dicuci dengan air
bersih, harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan; berhati-hati dalam
membawa atau mengangkut hasil panen ketempat penyimpanan untuk mencegah luka
atau memar; menyimpan hasil ditempat sejuk dan mempunyai sirkulasi udara
baik.
c. Akar Bengkak atau Akar Pekuk (Plasmodiophora
brassicae Wor.)
Penyebab:
cendawan Plasmodiophora brassicae.
Gejala:
(1)
Pada
siang hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau pagi hari
daun tampak segar kembali
(2)
Pertumbuhan
terlambat, tanaman kerdil dan tidak mampu membentuk bunga bahkan dapat mati
(3)
Akar
bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam.
Pengendalian:
(1)
Memberi
perlakuan pada benih seperti poin penyiapan benih
(2)
Menyemai
benih di tempat yang bebas wabah penyakit
(3)
Melakukan
sterilisasi media semai ataupun tanah kebun dengan Besamid-G 40-60 gram/m2
untuk arel pembibitan atau 60 gram/m2untuk kebun
(4)
Melakukan
pengapuran untuk menaikkan pH
(5)
Mencabut
tanaman yang terserang penyakit
(6)
Pergiliran
atau rotasi tanaman dengan jenis yang tidak sefamili
d. Bercak Hitam (Alternaria sp.)
Penyebab:
cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola.
Gejala:
(1)
Bercak-bercak
berwarna coklat muda atau tua bergaris konsentris pada daun
(2)
Menyerang
akar, pangkal batang, batang maupun bagian lain.
Pengendalian:
1)
Menanam
benih yang sehat
2)
Perlakuan
benih seperti pada poin penyiapan benih.
e. Busuk Lunak Berair
Penyebab:
cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan daun terutama pada
luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat menyebar melalui biji dan
spora.
Gejala:
(1)
Pertumbuhan
terhambat, membusuk lalu mati
(2)
Bila
menyerang batang, maka daun akan menguning, layu dan rontok
(3)
Bila
menyerang daun, maka daun akan membusuk dan berlendir
(4)
Gejala
lain terdapat rumbai-rumbai cendawan yang berwarna putih dan lama-kelamaan
menjadi hitam
Pengendalian:
(1)
Gunakan
biji sehat dan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sejenis.
(2)
Pemberantasan
dengan insektisida.
f.
Semai Roboh (dumping off)
Penyebab:
cendawan Rhizitonia sp. dan Phytium sp.
Gejala:
(1)
Bercak-bercak
kebasahan pada pangkal batang atau hipokotil
(2)
Pangkal
batang busuk sehingga menyebabkan batang rebah dan mudah putus
(3)
Menyerang
tanaman di semaian, tetapi dapat pula menyerang tanaman di lahan. Pengendalian:
perlakuan benih sebelum ditanam, sterilisasi media semaian dan rotasi tanaman
dengan jenis selain kubis-kubisan.
g. Penyakit Fisiologis
Penyebab:
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) disebut penyakit fisiologis. Kekurangan
Nitrogen: bunga kecil-kecil seperti kancing atau disebut "Botoning".
Kelebihan Nitrogen warna bunga kelabu dan berukuran kecil. Kekurangan Kalium
massa bunga tidak kompak (kurang padat) dan ukurannya mengecil. Kelebihan
Kalium tumbuh kerdil dan bunganya kecil. Pengendalian: dengan pemupukan yang
berimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar