Minggu, 12 Maret 2017

Penyelamatan Kerajaan Zayn

Ilustrasi: www.google.com

Di tengah hutan yang luas terdapat sebuah kerajaan megah. Kerajaan yang begitu makmur dan sejahtera hingga membuat rakyatnya patuh akan peraturan yang dibuat.

Suatu ketika, Raja Zayn pergi meninggalkan istana untuk melakukan aliansi dengan kerajaan lain.

Raja Zayn memberikan perintah agar para pengawal tetap menjaga istana selama dia pergi.

"Paduka Raja, apakah tidak khawatir kalau kerajaan yang paduka kunjungi tidak menepati janjinya?" ucap Pengawal.

"Tidak usah khawatir, karena ini sangat penting bagi kelangsungan kerajaan dan kemakmuran rakyat ini." Ujar Raja Zayn, dia langsung menunggangi kuda dan berangkat.

Ratu Corrin yang kejam mulai beraksi sesaat Raja Zayn pergi. Dia semena-mena memerintahkan kerajaan tersebut di dampingi Putranya Pangeran Zoo.

Ratu Mariana melihat tingkah laku Ratu Corrin geram dan terjadilah pertengkarab di antara keduanya.

"Ratu Corrin, kau tidak berhak menduduki tahta ini," teriak Ratu Mariana.

"Aku berhak atas tahta ini! Karena aku istri tertua Raja Zayn," teriak Ratu Corrin.

"Apa? Aku juga berhak atas tahta ini," Ratu Mariana semakin geram.

"Ingat! Kau tidak mempunyai anak laki-laki, lebih baik kau pergi dari istana ini," teriak Ratu Corrin.

"Kau mengusirku dari istana?"

"Iya, lebih baik pergi dari sini dan jangan kembali lagi,"

"Aku tidak akan pergi sebelum Raja Zayn kembali,"

"Baik, kalau begitu aku akan mengusirmu dengan paksa,"

"Aku akan tetap di sini, Corrin,"

"Pengawal! Pengawal! Tolong usir wanita ini dari istana, dan jangan sampai rakyat mengetahuinya," ucap Ratu Corrin pada para pengawal.

"Baik, Ratu."

Para pengawal tersebut membawa Ratu Mariana beserta Putrinya Eliza ke luar dari istana.

Ratu Mariana dan Putri Eliza di buang ke hutan belantara yang jauh dari kerajaan tersebut, agar tidak bisa ditemukan oleh Raja Zayn bila dia kembali dari kunjungannya.

"Ha-ha-ha, akhirnya kerajaan ini milikku, sekarang tidak ada lagi yang mengganggu."

Ratu Corrin yang begitu kejam mulai mengganti semua aturan kerajaan. Hingga kerajaan yang makmur berubah menjadi tempat menyermkan untuk ditinggali.

Berbulan-bulan Raja Zayn pergi dari istana tanpa kabar sedikitpun yang sampai ke telinga Ratu Corrin.

Kerajaan Zayn berubah menjadi istana kegelapan, dengab seribu pengawal monster yang menjaga di sekitar kerajaan tersebut.

Tidak ada lagi riuh, atau pun ketidak puasaan dari rakyat yang selalu datang ke kerajaan tersebut.

...
Ratu Mariana yang di buang oleh Ratu Corrin. Kini tinggal di sebuah gubuk tua berharap kerajaan yang dulu makmur bisa kembali lagi.

Dia tidak mau melihat Ratu Corrin yang kejam memimpin kerajaan tersebut. Ratu Mariana dan Putri Eliza mencari cara agar bisa menghancurkan kepemimpinan Ratu Corrin.

"Bu, sudah enam bulan kita diusir dari istana bersama kepergian Ayah yang sampai saat ini belum ada kabarnya," ucap Putri Eliza.

"Sabar Putriku, Raja Zayn pasti akan kembali mungkin  akan terkejut ketika mengetahui kerajaannya jadi hancur," ujar Ratu Mariana.

"Semoga tidak terjadi apa-apa,"

"Tetap sabar, Putriku."

Rasa kesepian, kesakitan dan kepedihan kini tidak bisa di bagi lagi. Ratu Mariana berharap agar suaminya bisa kembali dan meruntuhkan pemerintahan Ratu Corrin.

....
Sejak saat itu, kabar dari Raja Zayn belum juga terdengar. Apakah dia masih hidup ataupun mati, ini menjadi sebuah misteri.

Semua rakyat berharap akan kepemimpinan Raja Zayn kembali lagi.

Putri Eliza pun pergi ke tengah hutan untuk mencari kayu bakar. Di perjalanan dia menemukan kuda yang sudah tidak bernyawa lagi.

Dia pun perlahan-lahan mendekati kuda tersebut.

"Ini kan kuda milik Raja Zayn? Apa gerangan yang terjadi?"

Putri Eliz terus bertanya-tanya dalam hatinya. Dia pun menelusuri jejak-jejak yang di terdapat di antara lebatnya rumput.

"Jejak kaki siapa ini? Mungkinkah Raja Zayn tersesat? Atau terjadi sesuatu pada dia?" ketusnya dalam hati.

Putri Eliza terus mengikuti jejak yang bercampur darah agak kering tersebut. Dia pun menemukan sebuah gua dan masuk ke dalamnya.

"Permisi! Permisi! Ada orang di sana?" teriak Putri Eliza ketakutan.

Dia pun terus masuk lebih dalam lagi, dan menemukan Raja Zayn sedang tergeletak bersama dua pengawalnya

Putri Eliza pun bergegas menyelamatkan mereka dengan mencari obat-obatan tradisional.

"Apa yang terjadi? Mungkinkah ini ulah Ratu Corrin?" ketus Putri Eliza.
..
Beberapa hari kemudian, Raja Zayn bangun. Dia melihat Putri Eliza berada di sampingny.

"Eliza, kenapa kau di sini? Bukannya di istana?" tanya Raja Zayn.
"Sekarang tidak lagi," jawab Putri Eliza.
"Kenapa?" tanya Raja Zayn penasaran.
Putri Eliza diam dan pergi meninggalkan Raja Zayn beserta dua pengawalny yang terbaring.
Raja Zayn berusaha bangun, namun tidak bisa.
"Jangan dulu bergerak, kondisi Kakanda masih belum pulih," ucap seseorang.
"Siapa kamu?" tanya Raja Zayn.
"Aku Ratu Mariana, Kakanda," jawabnya.

"Apa yang kamu dan putrimu lakukan di sini?" tanya Raja Zayn penasaran.

"Kami berdua di usir oleh Ratu Corrin yang sangat kejam itu, tidak hanya kami bahkan seluruh rakyat dijadikan patung," jawab Ratu Mariana.

"Apa? Ini tidak mungkin terjadi, Adinda," ujar Raja Zayn.

"Ini sudah terjadi, setelah kepergian Kakanda ke negeri teteangga untuk beraliansi Ratu Corrin mulai merubah semua peraturan,"

"Ini semua salahku, kalau dahulu tidak menikah denhan Ratu Corrin kejadiannya tidak akan serumit ini,"

"Sudah kakanda, sekarang istirahat dahulu nanti kita pikirkan bagaimana cara menghancurkan kekuasaan Ratu Corrin,"

"Iya, tapi ...,"

"Istirahat saja dahulu, Kakanda."

Ratu Mariana pun pergi meninggalkan Raja Zayn.

...
Raja Zayn sudah kembali segar, dia pun berencana pergi ke tempat gurunya.

"Dinda, kakanda akan pergi menemui guru yang bertapa. Dinda jaga Putri Eliza selagi Kakanda pergi dua sampai tiga hari,"

"Baik, kakanda."

Raja Zayn pun pergi di temani pengawalnya menelusuri hutan.
"Baginda Raja, apakah kita tidak beristirahat dahulu?" tanya salah satu pengawal.

"Tidak, tempatnya semakin dekat," jawab Raja Zayn.

"Tapi ...,"

"Aku tidak lelah, apabila kalian ingin istirahat dahulu silakan."

Raja Zayn terus berjalan menuju tempat gurunya berada.

Dia pun melihat tempat sang guru sudah dekat, dan bergegas mendekatinya.

Raja Zayn pun masuk dan menemui sang guru.

"Guru, maaf aku lancang datang ke sini menemuimu," ucap Raja Zayn.

"Aku sudah menunggu kedatanganmu," jawab sang guru.

"Mungkin guru sudah tahu kedatanganku ke sini, Penyihir yang dahulu aku tolong dengan menjadikannya istri. Kini merebut istana dan merubah rakyatku jadi batu. Apa yang harus aku lakukakan, Guru?" tanya Raja Zayn.

"Pergilah ke mata air empat warna, lalu mandilah di sana dan petik setangkak bunga mawar putih di antara bebatuan teraebut,"

"Selanjutnya apa yang mesti aku lakukan, Guru?"

"Kau ambil air itu dan masukan bunga melati lalu tuangkan ke dalam kolam di sekitar kerajaan,"

"Baik, Guru."

Raja Zayn pun pergi ke air empat warna.

Dia pun melihat kerajaannya yang hitam pekat di kelilingi oleh monster.

Raja Zayn meneruskan perjalanan menuju air empat warna agar bisa meruntuhkan Ratu Corrni.

...
Raja Zayn pun tiba di air empat warna. Dia pun masuk ke dalam air empat warna tersebut, dan melaksanakan titah dari gurunya.

Selesai mandi dia pun memetik bunga mawar putih di antara bebatuan.

Semua syarat sudah selesai, Raja Zayn pun bergegas meninggalkan air empat warna menuju kerajaanya tersebut.

...
Ratu Corrin pun yang mengetahui kedatangan Raja Zayn memerintahkan seluruh pasukannya untuk menjaga dan menghalanginya.

Sesampainya di Kerajaan, Raja Zayn menuangkan air mawar putih dan air empat warna ke kolam sekitar kerajaan.

Raja Zayn pun pergi ke pintu gerbang  menemui Ratu Corrin. Namun, pengawal melarangnya masuk.

"Izinkan aku bertemu Ratu Corrin?" ujar Raja Zayn.

"Tidak akan kami biarkan kau masuk ke dalam," ucap Pengawal tersebut.

"Baik, akan saya tunggu di sini."

Tidak berapa lama, air kolam yang hitam mulai berwarna terang lagi. Perlahan-lahan ilmu sihir Ratu Corrin pun pudar.

Ratu Corrin yang mengetahui hal ini pergi ke luar dan menemui Raja Zayn.

"Kau tidak berhak datang ke sini. Karena ini adalah kerajaan milikku," ucap Ratu Corrin.

"Silakan, aku tidak akan merebutnya. Namun, terimalah hadiah dariku," ujar Raja Zayn.

"Hadiah apa?"

"Silakan buka dahulu, Ratu!"

Hadiah teraebut ri buja dan air empat warna pub memuncrat ke seluruh tubuh Ratu Corrin.

Ratu Corrin kepanasan dan perlahan-lahan tubuhnya menciut dan lenyap seketika.

..
Kerajaan Zayn pun kini kembali makmur seperti semula. Rakyat yang dijadikan patung pun sudah kembali lagi.

Ratu Mariana dan Putri Eliza pun kembali ke istana tanpa perlu takut lagi, mengingat kematian Raja Zayn tidak diketahui penyebabnya.

Sementara Pangeran Zoo pergi meninggalkan kerajaan.

...

Cianjur, 21 Desember 2016

Mati Suri



Cerpen Horor


Hiruk pikuk kota membuatku lelah bahkan stres dengan segala macam kegaduhan dan kebisingan.
Rasanya jiwa ini menginginkan ketenangan, kenyamanan hingga  membuatku gundah-gulana.
"Mungkin aku harus libur?"
Hati ini terus merajuk menginginkan keheningan dan kesejukan. Di antara tugas-tugas kantor yang begitu menumpuk seakan istirahat saja susah kudapatkan lagi.
"Non Zahra, tadi bibi menemukan surat ini di depan pintu," ucap Bibi Rini, sembari menyodorkan amplop itu.
"Terima kasih, Bi." ucapku
Selembar amplop yang terbungkus rapi diberi hiasan pita berwarna pink seakan membuatku penasaran akan isinya.
Hati ini selalu menebak-nebak apa yang ada dalam surat itu?
"Apa mungkin ini surat dari perusahaan yang bekerjasama denganku? Atau malah dari seseorang."
Aku hanya bisa menebak tanpa terburu-buru melihat isi suratnya. Darah ini berdesir mengalir, jantung pun berdegup semakin kencang.
Aku terus meracau dan semakin takut akan membuka surat tersebut. Bayangan yang selalu terlintas di benakku tentang isi surat tersebut sudah sangat buruk.
Perlahan-lahan aku memberanikan diri untuk membuka surat tersebut.
Tangan ini bergetar, keringat bercucuran karena tidak biasanya aku menerina surat seperti ini.
"Zahra, maafkan aku! Mungkin pernikahan yang telah kita rencanakan tidak akan terjadi. Sekali lagi maafkan aku, Zahra."
Aku langsung terdiam, dan apa yang terbayang benar-benar terjadi. Surat dari Rio membuatku tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Sungguh tega Rio, kau putuskan aku dengan sebegitu mudahnya di saat pernikahan kita sebentar lagi akan terlaksana." ketus hatiku  yang terus meracau.
Pekerjaan yang begitu menumpuk dan masalah pernikahan membuatku semakin stres saja.
Seminggu setelah menerima surat dari Rio, aku memutuskan untuk liburan ke Villa yang ada di Bogor. Mungkin dengan berliburan akan menghilangkan kepenatan dalam bekerja.
Semua barang aku kemas dan siap untuk berangkat ke bogor agar bisa menghilangkan stress selama berada di kota Jakarta.
Villa pemberian dari Nenek membuatku bahagia, karena bisa berlibur tanpa perlu mengeluarkan budget yang cukup besar.
“Kalau aku sendiri mungkin sepi, coba ajak Sila mungkin dia mau,”ketusku dalam hati.
Kuambil hp dan dengan cepat mencari nama Sila di kontak hp. Tidak lama kemudian, aku mulai menghubungi Sila.
“Nomor yang anda tuju sedang di luar service area, silakan coba beberapa saat lagi.”
Yang aku dapat hanya jawaban dari pihak operator.
“Kenapa hp-nya mati seperti tidak biasa? Apa mungkin Sila sudah tahu kalau aku akan pergi ke Villa?”
Rasa kesal dan marah terus berkecamuk dalam hati, adik yang selalu menjadi teman di kala sedih pun gembira.
“Ah, mungkin dia sedang bersama teman-temannya.”
Aku memutuskan untuk pergi sendiri, sembari kekesalan dan amarah menghantuiku. Semua perlengkapan sudah komplit, Mang Yaman pun siap menghantarkanku menuju Villa yang ada di Bogor.
“Non, apa tidak takut sendirian di Villa?” tanya Mang Yaman.
“Tidak, Mang. Di sana juga ada pembantu, cuman mereka kerjanya hanya sampai sore saja,” jawabku mencairkan suasana.
“Berarti Non Zahra sendirian malamnya?” tanya Mang Yaman.
“Iya, tapi nanti aku hubungi Sila, Mang. Biar ada teman mengobrol gitu,” jawabku lagi, sembari kesal dan agak curiga. “Ada apa, Mang? Kok bertanya aneh begitu?” tanyaku pada Mang Yaman.
“Enggak, Non. Mamang cuman khawatir saja kalau Non Zahra kenapa-napa nantinya,” ucap Mang Yaman.
“Oh ….”
Mobil melaju sangat cepat, Puncak Bogor tidak seperti biasanya macet merayap. Jadi, kami sampai di Villa tidak memakan waktu berjam-jam yang membuat pikiran dipenuhi emosi karena macet.
Sesampainya di Villa yang begitu besar dan luas, aku disambut oleh dua orang penjaga. Mbok Ranum dan Pak Komod, suami istri yang menjaga Villa Nenekku.
“Eh, Non Zahra. Apa kabar?” tanya mereka dengan melontarkan senyuman padaku.
“Kabar baik, Mbok, Pak. Oiya, Ibu suka ke sini?” ucapku pada mereka.
“Tidak ada tuh, Non. Emangnya kenapa?” jawab Pak Komod.
“Aku hanya ingin tahu saja, Pak. Jadi, Villa ini setelah Nenek meninggal hanya aku yang sering ke sini?” ujarku sembari beranjak masuk ke dalam.
“Iya, Non.” Jawab Mbok Ranum.
“Pak, hati-hati  bawa kopernya!”
“Baik, Non.”
Perlahan-lahan kaki ini melangkah masuk ke dalam Villa yang begitu mewah dan megah tersebut.
Pikiran ini seakan terbawa hanyut oleh suasana asri dan indah, serta tidak ada lagi kebisingan yang dapat menggangguku lagi.
Kuberanjak ke kamar untuk beristirahat melepas segala penat yang mencoba menerkam seluruh jiwa dan ragaku.
“Non, mau disiapkan makan apa nanti malam?” tanya Mbok Ranum.
“Seperti biasa, Mbok,” jawabku.
“Baik, Non.”
Aku mulai merebahkan diri di atas kasur yang empuk dan nyaman ini. Udara yang segar dan alami memasuki saluran pernafasanku, seakan hendak melenyapkan asap-asap polusi dalam tubuh.
“Coba kalau tempat kerjaku nyaman seperti ini, mugkin pikiran tidak lagi stress.” Ketusku.
Kupejamkan mata untuk merasakan ketenangan dan kenyamanan.
Beberapa jam kemudian …
“Non … Non … bangun, Mbok mau pamit pulang,” terdengar sura yang membangunkanku.
Perlahan mata aku buka, agar bisa melihat siapa yang membangunkanku ketika ketenangan dan kedamaian sudah terasa.
“Oh, si Mbok. Ada apa?” tanyaku kebingungan.
“Mbok mau pulang, Non. Apabila mau makan Mbok sudah siapkan, dan kalau Non Zahra butuh apa silahkan hubungi saja nomor sudah tersedia,” jawab Mbok Ranum.
“Iya, Mbok. Kenapa tidak menginap saja di sini? Ucapku pada Mbok Ranum.
“Maaf, Non. Mbok harus mengurus anak di rumah, jadi kalau menginap suka risau,” jawab Mbok Ranum.
“Terima kasih, Mbok. Besok ke sini lagi, kan?” ujarku sembari bangun dari tempat tidur.
“Iya, Non. Kalau begitu Mbok pamit dulu,” ucap Mbok Ranum sembari pergi.
“Hati-hati, Mbok.”
Aku beranjak pergi ke kamar mandi untuk memberesihkan tubuh ini .
….
“Tidak sia-sia liburan di sini, udaranya segar serta menenangkan jiwa.” Ketusku dalam hati.
Perut pun mulai keroncongan, aku pergi ke dapur untuk menikmati makanan yang telah dimasak oleh Mbok Ranum.
“Makanan kesukaanku, … mmmm lezatnya.”
Tidak berapa lama tiba-tiba ada suara orang mengetuk pintu.
“Tunggu sebentar.” Ucapku keras.
Aku pun beranjak pergi untuk melihat siapa yang bertamu malam-malam. “Mungkinkah Mbok Ranum yang ketinggalan sesuatu atau orang lain?” ketusku dalam hati.
Perlahan kubuka pintu, ternyata tidak ada siapa-siapa.
“Kok tidak ada orang?” ucapku penasaran.
Bulu kuduk mulai merinding, dan lampu Villa pun mati mendadak.
“Aduh, kok bisa mati begini, sih?” ucapku heran.
Suara-suara aneh pun mulai bermunculan, angin yang entah darimana asalnya berhembus begitu kencang.
Terlihat ada sosok orang yang sedang berdiri di halaman rumah sembari menggendong bayi.
“Siapa di sana?”
Ketakutan mulai melanda, aku pun berlari ke dalam rumah mengambil senter atau hp yang bisa menerangi. Tiba-tiba hujan pun turun disertai halilintar yang membuatku semakin ketakutan.
“Kret … krettt … krett.”
Terdengar suara ayunan kursi goyang peninggalan Nenek yang sudah lama meninggal.
Pikiran dan hati ini pun tidak tenang, aku pun kembali berlari ke luar rumah namun di depan pintu terdapat sosok anak kecil yang memegang boneka menghadangku.
“Kak, ayo main, Kak,” ajak hantu anak kecil tersebut.
“Tolong … Tolong … Tolong ….”
Anak kecil itu semakin mendekat dan memegang tanganku.
“Jangan sakiti aku, maafkan bila kedatanganku tidak membuat kalian nyaman.”
Aku terus merajuk memohon maaf karena telah mengganggu mereka.
Anak kecil tersebut menjambak rambutku dan membawaku ke luar rumah.
“Sakit, tolong … tolong … tolong ….”
Teriakanku yang begitu keras tidak ada yang mendengar.
Tiba-tiba, ada suara yang memanggil-manggil namaku.
“Non … Non, bangun sudah sore.”
Suara tersebut semakin jelas, perlahan mata ini kubuka dan ternyata Mbok Ranum yang memanggilku.
“Oiya, Mbok ada apa?” tanyaku pada si Mbok, seolah bingung dengan mimpi yang terjadi tadi.
“Mbok mau pulang, semua makanan dan air hangat telah Mbok sediakan,” jawab Mbok Ranum.
“Baik, Mbok. Terima kasih,” ucapku
“Sama-sama, Non.”
Mbok Ranum pun pergi, aku mulai bingung dengan mimpi tadi seakan semuanya nyata.
…..
Malam semakin larut, setelah selesai semuanya aku beranjak ke lantai atas untuk mengerjakan tugas kantor. Kubuka laptop dan mulai mengerjakan tugas kantor yang menumpuk dan membuat stress.
Beberapa jam kemudian, hp berbunyi.
“Halo, selamat malam! Ini sama siapa?” tanyaku pada penelepon yang di sebrang sana.
Tidak ada suara balasan yang kuterima, hanya angin saja.
“Jangan bercanda ya, Rio. Kita kan suudah putus.” Ucapku berusaha menebak.
Tetapi tidak ada jawabannya, aku pun membuang hp tersebut dan lampu mati seperti yang di mimpi.
“Apakah ini mimpi?” ketusku dalam hati, sembari mencubit tangan. “Ini bukan mimpi.”
Aku pun berlari ke tangga sembari membawa senter, sesampainya di bawah tangga kaki tidak bisa lagi bergerak.
Sosok wanita muda menggusurku ke luar, dia menarik rambut tanpa kenal ampun.
“Tolong … tolong … tolong ….”
Wanita tersebut terus membawaku, mengarah ke sebuah kolam yang begitu luas. Aku pun dimasukan ke dalam kolam tersebut, dan kepalaku pun ditenggelamkan.
“To-lo-ng.”
Aku pun tidak bisa lagi bernafas, mata pun terasa berat dan serasa terbawa ke suatu tempat yang gelap.
Mata pun perlahan-lahan kubuka, terlihat jelas warna putih.
“Apakah ini di surga?” tanya hatiku.
Aku tengok, ternyata ada infusan yang tergantung di sebelahku.
“Zahra, ternyata kamu sudah bangun, Nak.” Tanya seseorang.
Aku pun melihat kea rah suara itu berasal, ternyata Mamah yang telah beridiri di sampingku.
“Kenapa denganku, Mah?” tanyaku penasaran.
“Kamu koma selama dua minggu, Zahra. Putus asa karena gagal menikah dengan Rio, hingga meminum obat sembari menenggelamkan diri di kolam renang,” jawab Mamah.
Aku pun mulai bingung dan aneh dengan kejadian ini.
Dokter pun datang untuk memeriksaku, dan katanya boleh pulang beberapa hari lagi. Karena sudah dikatan sehat.
Mamah pun pergi keluar, sementara aku sendiri terbaring sembari memejamkan mata.
Terdengar suara langkah kaki yang mendekati, aku pun membuka mata dan menoleh. Ternyata anak kecil yang ada di mimpi tersebut mengajakku main.
“Kak, ayo main,” ajaknya.
“Tidak, cepat pergi! Aku tidak ingin bermain denganmu,” teriakku pada anak kecil tersebut.
“Kak, ayo sini main, jangan tidur mulu, kak,”
“Tolong … tolong … tolong ….” Aku terus berteriak meminta tolong.
Anak kecil itu pun menjambak rambut dan menyeret tubuhku di lantai. Dia pun tidak mengenal ampun walau aku menjerit dengan keras.
“Non … Non … Non, bangun Non.” teriak seseorang memanggilku.
Perlahan kubuka mata dan terlihat Bibi Rini di sampingku. Mukanya pucat dan terlihat panik.
“Aku kenapa, Bi?” tanyaku pada Bi Rini.
“Non Zahra pingsan karena membaca surat tadi.” Jawab Bi Rini.
Ternyata kejadian yang dialami adalah mati suri dan itu membuatku takut akan terulang lagi untuk kedua kalinya.


Cianjur, 19 Januari 2017

Jumat, 04 November 2016

ANALISIS DESKRIPTIF MENGGUNAKAN SPSS 16

Asalamu’alaikum warohmatulloh wabarokatuh.




Selamat datang kawan-kawan di Blog sederhana ini.
Kali ini saya akan menjelaskan tentang “Analisis Data Deskriptif Menggunakan SPSS 16”
Sebelumnya saya sudah memaparkan tentang cara mengolah data.
Nah, sekarang kita lanjut ke pengumpulan data Analisis deskriptif.

Langkah Pertama

Buka Microsoft Excel


Kita tulis data/sample hasil penelitian menggunakan Microsoft Excel, biar nanti ketika di SPSS mudah dalam pengaplikasianya, tinggal copy paste.

Di sini saya mengambil sample 100 Data dalam satu baris.




Setelah semua data di tulis di Excel, sekarang kita buka Aplikasi SPSS 16







Lalu data yang di Excel di copy dan dipindahkan ke SPSS 16. Agar dalam pengerjaannya lebih mudah dan hasilnya tepat.




Setelah data tersebut muncul, kita akan melihat di belakang aknga ada Nol (0), untuk merubahnya kita pergi ke Varible View-Decimal dan ubah dari angka dua menjadi Nol.


Setelah itu kita kembali lagi ke data view, dan angka decimal tidak akan ada lagi.





Langkah Kedua.



Klik-Analyze-Descriptif Statistics-Frecuensi Statistic— Ok


Di bagian atas jendela SPSS 16, setelah itu maka akan muncul Menu bar baru.



Langkah Ketiga.


Pindahkan data tadi dengan menggunakan tanda Panah,


Langkah Keempat.



Pilih statistics di samping Menu bar, maka akan muncul  menu Bar baru.

  
Langkah Kelima



Tandai semua, kecuali percentile dan value lalu klik Continue.


Langkah Keenam.



Pilih Chart-Histogram-With Curve-Continue




Langkah Ketujuh


Klik Oke.



Tunggu beberapa saat, maka akan muncul data seperti gambar di bawah ini










Gambar Hasil Sample Data



Untuk lebih jelas lagi, klik Link di bawah ini :

Semoga Tutorial kali ini bermanfaat buat kalian, salam hangat dari Jejak Sang Pena.