SAYEMBARA UNTUK TARJO
Tarjo perjaka desa yang sampai sekarang tidak menikah, bukannya dia tidak
mau menikah tapi tidak ada satupun cewek yang mau diajak nikah oleh Tarjo.
Seperti halnya anak muda yang masih umur belasan tahun, Tarjo dengan
wajah sumringah rambut memakai minyak tanco dengan bentuk yang khas mirip artis
tahun 50-an.
“Jo, bantu emak mandiin kambing di sungai,” teriak Emak.
“Tarjo mau pergi dulu, Mak!”
Tarjo pun berlari ke luar rumah, menuju tempat nongkrong bersama
anak-anak muda di kampungnya itu.
Dia tidak malu meski teman-teman sepermainannya sudah mempunyai anak
tapi, Tarjo malah cuek-cuek saja dengan jomblonya itu.
“Hai, Jo!” teriak seseorang dari kejauhan.
Tarjo pun berlari menuju suara yang memanggilnya itu, dengan jalannya yang
ciri khas mirip sama bebek yang lagi catwalk di atas panggung.
“Lama amat Jo, jalannya?” tanya
seorang pemuda.
“Bukannya begitu, tadi aku habis lihat kambing Mang Supri dimandiin,”
jawab Tarjo.
“Ngapain ngelihatin kambing di mandiin?”
“Kau udah kebelet kawin ya, Jo?”
Tarjo sedikit gelisah, keringat dingin bercucuran dari keningnya dan dari
sela-sela rambut yang sudah dilumuri oleh minyak rambut tanco hampir mirip
minyak nyongnyong.
“Bukan begitu, tadi aku disuruh emak buat mandiin si Romlah, Jalu, Badot,
Iteung,” jawab Tarjo.
“Kamu suka ngeles Jo, gak kasihan sama emak dan abah yang terus
memikirkan kapan kamu menikah,” ucap Somad.
Tarjo semakin stress dan frustasi ketika teman-temannya selalu memojokan
dirinya. Level kegalauan Tarjo meningkat menjadi siaga satu, sama seperti
halnya gunung merapi yang hampir meledak, mengeluarkan lahar dingin, bebatuan
bahkan abu yang begitu hitam pekat.
Emak ... Abah, bukannya Tarjo tidak mau nikah. Namun, tidak ada satupun
cewek yang mau menikah sama Tarjo. Buktinya Suritem, yang sudah pacaran sama
Tarjo 4 minggu ketika diajak menikah dia malah tidak mau. Gumam Tarjo dalam
hati yang paling dalam.
“Woi ... jangan bengong entar kesambet setan, Jo,” teriak Manto,
mengagetkan Tarjo yang sedang melamun memikirkan nasibnya.
“Emang lagi mikirin apa sih, Jo?” tanya Somad.
“Kepo lu mah, Mad! Mau tau aja apa yang gua pikirin,” jawab Tarjo sedikit
kesal pada Somad yang terus memojokannya agar segera menikah.
Tidak lama berselang lewatlah sepasang sapi yang melintas tempat Tarjo
dan teman-temannya nongkrong.
“Jo ... kau lihat saja Sapi aja bergandengan masa lu enggak,” ucap Manto.
Sekarang level kegalauan Tarjo semakin naik ke tingkat Awas. Mungkin ini
perhatian buat tarjo kalau ada kata awas dikira ada anjing yang siap
menggonggong setiap orang lewat.
Tarjo semakin memanas, otaknnya kini mulai bergejolak bagai dipanaskan di
atas bara api yang membara. Matanya yang tadi putih perlahan-lahan memerah
mirip orang yang lagi makan gorengan ditemani dengan saus cabai yang sungguh
pedas.
“Ya itukan sapi, masa aku disamakan dengan sapi sih,” kata Tarjo kesal.
Tarjo pun pergi meninggalkan teman-temannya yang masih muda tersebut,
langkah kakinya terus berjalan menyusuri setiap jengkal jalan.
Dia terus berbicara sendiri sambil memikirkan nasib jomblonya yang sudah
tingkat kecamatan.
Hatinya semakin gelisah, merana, gundah tidak menentu. Detak jantungnya
berdetak tidak terkendali seperti dikejar-kejar orang gila.
Hayang kawin ... win ... win ... hayang kawin
Geus teu kuat mang tauntaun bubujangan
Tarjo berjalan sambil menyanyikan sepenggal lagu dari Darso, karena
saking galaunya lagu itu dia nyanyikan setiap hari.
“Tarjoooooo ....,” teriak seseorang dari kejauhan.
Waduuhh aya emak datang bawa centongan, ya ampun harus bagaimana ini.
Tarjo berlari dan bersembunyi di balik semak-semak yang begitu lebat.
Emak pun sampai di tempat tarjo tadi berdiri.
“Kemana si Borokokok perginya, apa jangan-jangan ke sungai lihat abah
mandiin kambing,” ketus Emak.
Emak berjalan menuju sungai tepat abah memandikan kambing.
“Amann ... sekarang tidak ada emak yang nyariin.” Ucap Tarjo
Tidak lama kemudian terdengar suara yang mengagetkan Tarjo.
“Emmmooooooohhhh ....,”
Suara Munding yang begitu kencang membuat Tarjo terjatuh ke selokan yang
dipenuhi dengan kotoran sapi.
Tubuh Tarjo pun penuh dengan kotoran sapi yang begitu banyak, bahkan
wajahnya pun tidak luput dari kotoran.
Tarjo akhirnya pulang ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian agar
terlepas dari bau kotoran yang begitu harum ketika dicium oleh hewan-hewan
lain. Tapi, kalau dicium oleh Surti bisa-bisa pingsan.
Sore pun tiba dengan begitu cepat tanpa memberitahukan dahulu kepada
Tarjo.
Terlihat dari sebrang jalan seorang wanita cantik, membawa sebuah kantong
plastik hitam.
Tarjo berlari menghampiri wanita tersebut.
“Neng ... tunggu!” teriak Tarjo.
Wanita tersebut berhenti dan menoleh ke arah suara tersebut berasal.
“kenapa, Bang?” tanya wanita tersebut.
“Tidak ada apa-apa, cuman abang pengen kenalan sama neng boleh tidak?”
jawab Tarjo sambil mengulurkan tangan pada wanita tersebut.
“Nama abang siapa?”
“Tarjo ... kalau neng namanya siapa?” tanya Tarjo dengan penuh harap.
“Nama saya Juminten,” jawab wanita tersebut.
“Dik Juminten habis darimana? Kok sendirian sih,” tanya Tarjo sambil
merayu.
“Habis belanja dari warung Mpok Ipeh,” jawab Juminten.
Hati Tarjo dag-dig-dug serrrr seperti musik dugem yang sedang dimainkan.
“An—n—nu dik,”
“Anu apa, Bang?” tanya Juminten.
“Maksud abang boleh tidak abang berkunjung ke rumah, Dik Juminten?”
jawabTarjo sambil mengedipkan mata.
“Gimana yah, Bang. Soalnya di rumah ada suami saya, apa abang ada perlu
dengan suami saya?” tanya Juminten.
Hati yang tadi dag-dig-dug serr sekarang menjadi gelisah lagi.
“Tidak, Dik. Abang cuman bertanya saja mungkin kalau abang lewat kan
sudah kenal sama Dik Juminten,” jawab Tarjo penuh kemarahan dan kekecewaan.
“O—oooh, kirain abang ada perlu apa, ya sudah aku pamit dulu takut
dimarahi suami,” ucap Juminten, melanjutkan langkahnya yang terhenti akibat
panggilan dari Tarjo.
Kini tarjo mulai putus asa akan kesendirian yang tidak ada jalan
keluarnya, lurus seperti jalan tol tanpa belokkan, turunan maupun tanjakkan.
Dia masuk ke dalam rumah sambil duduk melamun memikirkan nasibnya yang
sendirian.
Di umurnya yang menginjak kepala tiga, Tarjo masih belum mendapatkan
pasangan. Bahkan dia iri pada Badot dan Jalu kambin peliharaannya yang selalu
gonta-ganti pasangan kapanpun mereka mau.
Tarjo terus menghayal yang tidak menentu karena, keinginannya untuk
menikah dan memiliki seorang anak seperti teman-temannya.
“Jo ... Tarjo,”
Terdengar suara teriakan orang yang memanggil di luar, hingga membuyarkan
lamunan Tarjo yang sungguh mengasyikan.
Tarjo beranjak dari kursi yang terbuat dari kayu menuju ke luar untuk
melihat suara orang yang memanggil namanya itu.
“Nongol juga nih anak,” ucap seseorang.
“Eh ternyata lu, Drun. Ada apa gerangan kesini,” tanya Tarjo.
“Gak diajak masuk dulu nih?”
“Ayo masuk,” ajak Tarjo.
“Gitu dong, Jo.” Ucap Badrun.
Badrun adalah Rt di kampung tempat tinggal Tarjo, dia dulunya teman
bermain Tarjo. Namun nasibnya tidak tragis seperti halnya Tarjo yang sampai
sekarang belum mempunyai istri.
“Ada perlu apa,Drun?” tanya Tarjo.
“Gini Jo, saya selaku Rt di kampung ini akan mengadakan sayembara untuk
memperingati jomblo l kamu yang ke 15 tahun, apa kamu mengijinkan?” tanya
Badrun dengan tegas.
“Boleh,” jawab Tarjo singkat.
Hatinya sekarang menjadi berbunga-bunga karena ada orang yang mau
menolong kesendiriannya itu tanpa perlu mencari jauh-jauh.
“Oke ... kamu tulis kriteria cewek yang kamu mau, nanti akan sayan dan
warga bantu untuk mencari wanita yang kamu idamkan tersebut,” ucap Badrun, dia
menyodorkan secarik kertan dan balpoint pada Tarjo.
Tarjo pun mulai menulis kriteria cewek yang dia mau pada secarik kertas
yang di berikan oleh Rt Badrun.
“Ini Drun sudah selesai,” Tarjo menyodorkan kertas dan balpoint pada
Badrun.
“Oke, besok sayembara akan di mulai selama dua hari. Kamu siapkan aja
mentalnya,” ucap Badrun, lalu pergi meninggalkan Tarjo.
Keesokan harinya ....
Sayembara mencari istri untuk Tarjo dimulai, semua poster sudah di sebar,
bahkan pengumuman melalui pengeras suara di masjid sudah diumumkan.
Pendaftaran untuk menjadi istri Tarjo sudah dibuka.
Panitia pun sibuk mengurusi semua acara yang di selenggarakan.
“Beruntung banget Tarjo dicarikan istri oleh semua warga di sini,” ucap
Somad teman Tarjo nongkrong.
“Bener banget, kan dia itu di kampung ini di cap sebagai perjaka tua yang
tidak laku,” ketus Manto.
“Wussss ... kalian tidak baik membicarakan orang lain, gimana kalau
kalian kena karmanya,” ucap Pak Rt Badrun.
“Iya yah.” Kata Somad.
Hari pertama sayembara pencarian istri untuk Tarjo sudah selesai, sudah
ada kurang lebih 5 orang yang mendaftar. Mereka terdiri dari 1 nenek, 3 janda,
1 setengah tua.
“Alhamdulillah akhirnya selesai juga, tinggal menunggu hari kedua.” Ucap
Pak RT Badrun.
Semua panitia berkemas-kemas meninggalkan tempat itu.
Sementara Tarjo perasaanya tidak tenang, dan terus gelisah memikirkan
siapa jodoh yang akan menjadi pendampingnya.
Tibalah hari kedua, hari terakhir pencarian dan pendaftaran calon istri
buat Tarjo.
Antrian pendaptaran sungguh panjang, mereka juga mendaptarkan
peliharaannya untuk sayembara. Kok bisa yah, ini kan sayembara calon istri
bukan hewan.
Di hari kedua terpilih 15 orang
yang masuk kriteria dari Tarjo.
Pak Rt Badrun memberikan berkas nama kepada Tarjo untuk memilih siapa
yang jadi pasangannya nanti.
Tarjo malam itu cemas, gelisah dan gundah untuk memilih calon istri yang
dia harapkan.
Pak Rt Badrun menemani Tarjo untuk memilih, akhirnya diputuskan seorang
janda untuk menjadi istri dari Tarjo.
Pak Rt Badrun dengan cepat mengirimkan utusan untuk pergi ke rumah sang
wanita yang terpilih untuk siap-siap besok menikah.
“Drun! Benar besok aku akan menikah?” tanya Tarjo sedikit tidak percaya.
“Benar ... Jo, ini sebagai bentuk kasih sayang warga sini padamu,” jawab
Badrun.
“Terima kasih, kalau begitu aku mau istirahat untuk mempersiapkan besok
menikah,” Tarjo pamit tidur pada sahabatnya Badrun.
“Yang nyenyak yah, agar besok tidak gerogi.” Tempas Badrun.
Tarjo pun melangkah menuju kamarnya.
Asiikkkk ... besok aku akan melepas masa jombloku yang sudah mencapai 15
tahun, hmmmm ..., ternyata sudah lama banget aku jomblo semenjak putus dari
Suritem dan Surti. Aku tidak lagi berani menjalin hubungan dengan wanita, soalnya
sakitnya tuh sampai jempol kakiku aja centongan. Gumam Tarjo.
Keesokan harinya ...
Terdengar suara sayup-sayup orang memanggil namanya. Namun mata Tarjo
sulit untuk dibuka seperti memakai lem super glue yang sangat sulit dilepaskan.
Byuuuuurrrrr ....
“Banjirrrrrr ... banjirrrrr, abah emak ada banjir.” Teriak Tarjo.
Akhirnya Tarjo pin bangun dari tidurnya yang begitu nyenyak tersebut.
“Banjir apaan, Tarjoo ... dasar borokokok emak nyuruh kamubantu mandiin
kambing dengan abah malah enak-enakan tidur di saung,” ucap Emak.
“Emak ... kenapa tidak membangunkan kalau hari ini Tarjo akan menikah?”
tanya Tarjo.
“Menikah dengan siapa Tarjo? Gundulmu saja menikah dasar borokokok,”
jawab Emak sambil terus menyiramkan air.
“Berarti yang tadi cuman mimpi dong?” tanya Tarjo.
“Setahu emak kamu itu dari tadi tidur, dan ini kenapa baju kamu bau
banget. Habis darimana?” jawab Emak, balik nanya pada Tarjo.
“Tarjo habis jatuh di selokan, Mak. Tarjo mandi dulu yah!” jawab Tarjo,
kakinya melangkah menuju kamar mandi.
Ya ampunnnnn ... jomblo lagi .... jomblo lagi, ternyata hanya mimpi.
Gumam Tarjo sambil menepuk jidatnya yang jenong.
“Makannya jadi anak muda jangan tidur mulu, jadinya jomblo kan,” teriak
Emak.
Tarjo tidak menghiraukan emak, dia pergi mandi dan memberesihkan kotoran
tersebut dari tubuhnya.
Sekian....
Wehhhhhh
BalasHapushahhahaha weeeeeeeeeeeeeeeeeh
Hapus