1.
Sejarah Tanaman Cabai Keriting (Capsicum Annuum
L)
Cabe
merupakan tanaman buah semusim yang digunakan oleh masyarakat untuk penyedap
makanan dan penghangat badan. Klasifikasi tanaman cabe merah yakni Capsicum Annuum
L. Cabe sekarang ini banyak varietas cabe yang berkembang di
Indonesia contohnya di Jawa Barat dan Sumatera telah berkembang cabe merah
berukuran kecil yang diberi nama “keriting”. Di Jawa Tengah dan Kalimantan cabe
merah berukuran besar yang biasa disebut cabe “Cirebon”. Di Jawa Timur cabe
berbuah kecil dan bengkok disebut degan “Tempar”. Cabe berasal dari Meksiko,
kemudian pada abad ke-8 tanaman cabe mulai dikenal di Amerika Selatan dan
Amerika Tengah, kini telah menyebar diberbagai Negara tropic termasuk
Indonesia.
Agar cabe
bisa tumbuh dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Tanah yang perlu diperhatikan dari tanah yakni
kesuburan tanah dan lapisan bunga tanahnya. Hal ini disebabkan karena system
perakaran cabe yang cukup dalam dan menyebar. Lalu Iklim, cabe sebaiknya
ditanam ditempat yang iklimnya agak lembab, curah hujan antara 600 –
1200 mm per tahun. Kemudian yang perlu diperhatikan juga yaitu suhu udara, suhu
udara yang baik yakni 21-28 derajat Celcius, oleh karena itu cabe cocok ditanam
di daerah dengan ketinggan kurang dari 800 m dpl.
Cara
bertanam cabe, pertama adalah persiapan tanah, pengerjaan dilakukan pada waktu
tanah kering sehingga tidak lengket , lalu tanah juga dibersihkan
dari alang-alang dan diberi selokan. Kedua yaitu persemaian biji cabe
disemaikan dalam geritan ditempat yang sudah disediakan, pada jarak geritan 5
cm. penaburan biji harus dilakukan dengan hati-hati. Waktu penyemaian yang
harus diperhatikan adalah kemurnian dan kesehatan benih dan kondisi benih.
Ketiga yaitu penanaman, yang diperhatikan yaitu umur bibit dipindahkan ke dalam
lahan kebun pada umur 6 minggu, jarak tanam penanaman yaitu dianjurkan 40 X
(60-80) cm. Pola tanam dapat dilakukan dengan monokultur ataupun tumpang sari
dengan tanaman lain seperti bawang daun. Keempat yaitu pemupukan, pemupukan
bisa menggunakan pupuk organic maupun anorganik sesuai dengan kebutuhan. Kelima
adalah pendangiran yaitu usaha untuk menggemburkan tanah,namun pendangiran
harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman. Keenam yakni
pengairan, pada musim kemarau tanaman dapat diberi air 3 hari sekali. Tetapi
setelah berbunga diberi air 1-2 hari sekali. Ketujuh yaitu pemberantasan hama
dan penyakit, seperti hama serangga dan kutu daun yang sangat membahayakan bagi
tubuhan, namun masih dapat diatasi dengan pemberian semprotan pestisida.
Pemanenan
cabe dapat dilakukan saat buah cabe merah sempurna atau baru merah sebagian,
tergantung dari tujuannya. Jika cabe akan diangkut ketempat yang jauh maka cabe
dipanen saat merah sebagian. Untuk penyimpanan jangka panjang dapat dilakukan dengan
cara dikeringkan. Perabaikan varietas dapat dilakukan agar produksi dan
kualitas cabe tinggi, tahan terhadap penyakit, tahan terhadap curah hujan
tinggi. Perbaikan varietas ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan
mengimpor benih dari luar negri dan cara persilangan. Pebibitan, taanaman untuk
pembibitan haruslah dilakukan pada lahan yang terisolasi, agar benih yang
dihasilkan bebas dari penyakit ataupun persilangan bebas. Isolasi yang dimaksud
adalah isolasi waktu yaitu ditanam pada saat taanaman cabe lain tidak ada,
isolasi tempat yakni cabe dipisahkan dari tanaman cabe lainya 50-400 m, isolasi
tanaman yaitu dengan mengurungi setiap bunganya. Penyimpanan benih dilakukan
jika biji telah kering, dibersihkan dari campuran atau kotoran benda lain.
A.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mengolah Tanah Pada
Tanaman Cabai Keriting yang baik dan benar?
b. Zat-zat apa saja yang terkandung
dalam tanah agar Cabai Keriting dapat tumbuh dengan baik?
B.
Tujuan
a. Mengetahui teknik pengolahan lahan
sebelum penanaman Cabai Keriting
b. Mengetahui alat-alat yang digunakan
dalam pengolahan tanah
c. Mengetahui kontur dan sifat tanah
yang cocok untuk Tanaman Cabai Keriting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sejarah Komoditas
Cabai
atau cabai merah atau chili adalah buah dan tumbuhan anggota
genus Capsicum. Buahnya dapat
digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana
digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia
Tenggara
sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap
sebagai "bahan makanan pokok" ke sepuluh (alih-alih sembilan). Sangat
sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.
Cabai atau lombok termasuk dalam suku
terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang
mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak
mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak
atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas
dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu
dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan
sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar.
B.
Karakteristik Komoditas (Klasifikasi
dan Syarat Tumbuh)
Pada umumnya
cabai keriting dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran
tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak
terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai keriting adalah 240 –
270C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 – 230 C. Hampir semua jenis
tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanamancabai
keriting. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai
keriting menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah
becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran
pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 – 6.8.
Panen
cabai keriting sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan
lingkungan tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai keriting mulai
dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang
2-3 hari sekali. Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana dapat
dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah
dilakukan selang 6-10 hari sekali. Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai
keriting dipilih pada tingkat kemasakan 85% – 90% saat warna buah
merah-kehitaman. Di dataran rendah, panen cabai keriting untuk tujuan ekspor
dapat diatur 2 hari sekali sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari sekali.
1. Klasifikasi Tanaman Cabai
Tanaman cabai (Capsicum
annuum, L), merupakan salah satu komoditi hortikultura yang tergolong
tanaman semusim. Adapun klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut :
Devisi
: Spermathophyta
Sub
devisi :
Angiospermae
Class
:
Dicotyledoneae
Sub
class : Metachlamydeae
Famili
:
Solanaceae
Spesies : Capsicum annuum
L.
2. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Walaupun tanaman cabai dapat ditanam pada berbagai keadaan topografi tanah,
mulai dari topografi berbukit hingga topografi datar tetapi harus tetap
memperhitungkan segi biaya eksploitasi maupun keamanan-nya. Pada lahan dengan lokasi berbukit, akan membutuhkan biaya yang lebih
besar dibanding lahan dengan topografi datar, terutama dalam pengangkutan hasil ke lokasi penampungan. Tanaman cabai
akan tumbuh baik dan menghasilkan produksi buah yang maksimal, maka tanaman
cabai menghendaki keadaan kondisi yang diinginkan tanaman itu sendiri.
Tanaman
cabai tidak menghendaki curah hujan yang tinggi karena tidak tahan terhadap
guyuran air hujan secara terus-menerus, terutama pada periode pembungaan
(banyak bunga yang gugur). Curah hujan yang dikehendaki tanaman cabai antar
600-1250 mm yang tersebar merata disepanjang masa pertumbuhan.
Beberapa
kondisi ekologis yang perlu dipenuhi untuk tanaman cabai adalah sebagai berikut
:
a.
Keadaan iklim
Cabai dapat ditanam pada dataran rendah hingga daerah ketinggian 1.300 m dpl.
Penanaman di dataran tinggi memerlukan teknik budidaya tersendiri serta
pemilihan benih yang adaptif terhadap lingkungan dataran tinggi. Cabai
membutuhkan iklim yang tidak terlalu dingin dan tidak pula terlalu lembab.
Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 25-30oC dan
untuk pembentukan buah pada kisaran 16-23oC. Setiap varietas cabai
hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh.
b.
Tanah
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian cocok pula
bagi tanaman cabai. Tanaman cabai dapat ditanaman pada tanah sawah maupun
tegalan. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai
menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek
(menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit menular. Kisaran pH tanah
yang ideal adalah 6,5-6,8. Pada pH di bawah 6,5 atau diatas 6,8 pertumbuhan
cabai akan terhambat yang berakibat rendahnya produksi. Pada tanah yang
tergenang seringkali menyebabkan gugur daun dan tanaman mudah terserang
penyakit layu.
BAB III
PENGOLAHAN LAHAN TANAMAN CABAI KERITING
A. Pengolahan
Lahan
1.
Mengolah Lahan
Lahan adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik
yang berkaitan dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan
hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan
air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan dan manusia.Setiap
kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan
mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan
lahan ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya
pengolahan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah.
Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode
pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah juga
berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara 2
musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi, dan proses iluviasi
yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Metode atau cara pengolahan lahan dibagi menjadi dua
yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara modern.
Metode Pengolahan Lahan
1.
Pengolahan Lahan Secara Konvensional
Pengolahan
lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk lahan lahan yang
sempit dan memiliki kemiringan tertentu. Metode ini biasanya banyak
dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan
lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Kelebihan dari metode
ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga
manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan
dengan system ini banyak menagalami kekurangan, diantaranya membutuhkan
waktu yang lama dalam pengerjaannya.
2. Pengolahan Lahan Secara Modern
Pengolahan
lahan dengan cara modern biasanya banyak dilakukan untuk tanaman tanaman
perkebunan dan memiliki lahan yang luas. Pengolahan lahan dengan cara ini
biasannya menggunakan mesin. Pengolahan lahan dengan sistem ini memiliki
kelebihan diantaranya lebih cepat dalam proses pengerjaan, serta dapat
menghemat waktu penanaman. Kekurangan dari system ini yaitu dibutuhkannya modal
yang besar dalam pengupayaannya.
Macam-macam System Pegolahan Lahan
1.
Pengolahan Lahan Sempurna
Pengolahan
lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan
pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk
ditanami, meliputi pembajakan, pemupukan dan rotary.
2.
Olah Lahan Minimum.
Pegolahan
lahan dengan olah tanah minimum hanya meliputi pembajakan( tanah diolah,
dibalik, kemudian tanah diratakan). Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak
dilakukan untuk lahan persawahan.
3. Tanpa
Olah Tanah(TOT)
Pengolahan
lahan pada system ini hanya meliputi penye,protan guna membunuh atau
menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditungg hingga gulma mati dan lahan
siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini biasanya digunakan sisti tajuk
dalam proses penanamannya.
Pengolahan
lahan juga tentunya harus memperhatikan topografi dan kontur keadaan lahan.
Semakin curam keadaan maka akan semakin besar tingkat erosi yang terjadi. Jika
tingkat erosi semakin besar maka humus dan zat hara dalam tanah akan semakain
banyak hilang. Berikut adalah tingkat kecuraman dan sifat tanah
1. Hampir Datar
Pada topografi ini tanah
memiliki sifat diantaranya pengairan baik, mudah diolah ancaman erosi
kecil, , tidak terancam banjir. kemampuan menahan air baik, subur, dan respon
terhadap pupuk. Pada lahan seperti ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai
lahan pertanian
2.
Lereng Landai
Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya struktur tanah kurang baik, ada ancaman erosi,
pengolahan harus hati-hati,
3. Lereng Miring
Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya baik ditanami untuk tanaman semusim mudah tererosi
bergelombang tanahnya padas, kemampuan menahan air rendah.
4. Lereng Miring dan Berbukit
Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya lapisan tanah tipis, kemampuan menahan air rendah
sangat mudah tererosi dan, sering banjir. kandungan garam natrium tinggi
5. Datar
Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya tidak cocok untuk pertanian, selalu tergenang air
dan tanahnya berbatu-batu
6.. Lereng Agak Curam
Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya tanah berbatu-batu, erosi kuat, tidakcocok untuk
pertanian.
7. Lereng Curam
Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya tanah berbatu, erosi sangat kuat, perakaran sangat
dangkal, hanya untuk padang rumput
8. Lereng Sangat Curam
Pada topografi tanah seperti ini
memiliki sifat diantaranya berbatu dan kemampuan menahan air sangat rendah
tidak cocok untuk pertanian, lebih sesuai dibiarkan (alami)
2. Tanaman
Cabai Keriting
Cabe
merupakan tanaman buah semusim yang digunakan oleh masyarakat untuk penyedap
makanan dan penghangat badan. Klasifikasi tanaman cabe merah yakni Capsicum Annuum
L. Cabe sekarang ini banyak varietas cabe yang berkembang di
Indonesia contohnya di Jawa Barat dan Sumatera telah berkembang cabe merah
berukuran kecil yang diberi nama “keriting”. Di Jawa Tengah dan Kalimantan cabe
merah berukuran besar yang biasa disebut cabe “Cirebon”. Di Jawa Timur cabe
berbuah kecil dan bengkok disebut degan “Tempar”. Cabe berasal dari Meksiko,
kemudian pada abad ke-8 tanaman cabe mulai dikenal di Amerika Selatan dan
Amerika Tengah, kini telah menyebar diberbagai Negara tropic termasuk Indonesia.
Agar
cabe bisa tumbuh dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Tanah yang perlu diperhatikan dari tanah yakni kesuburan tanah dan lapisan
bunga tanahnya. Hal ini disebabkan karena system perakaran cabe yang cukup dalam
dan menyebar. Lalu Iklim, cabe sebaiknya ditanam ditempat yang
iklimnya agak lembab, curah hujan antara 600 – 1200 mm per tahun. Kemudian yang
perlu diperhatikan juga yaitu suhu udara, suhu udara yang baik yakni 21-28
derajat Celcius, oleh karena itu cabe cocok ditanam di daerah dengan ketinggan
kurang dari 800 m dpl.
Cara
bertanam cabe, pertama adalah persiapan tanah, pengerjaan dilakukan pada waktu
tanah kering sehingga tidak lengket , lalu tanah juga dibersihkan
dari alang-alang dan diberi selokan. Kedua yaitu persemaian biji cabe
disemaikan dalam geritan ditempat yang sudah disediakan, pada jarak geritan 5
cm. penaburan biji harus dilakukan dengan hati-hati. Waktu penyemaian yang
harus diperhatikan adalah kemurnian dan kesehatan benih dan kondisi benih.
Ketiga yaitu penanaman, yang diperhatikan yaitu umur bibit dipindahkan ke dalam
lahan kebun pada umur 6 minggu, jarak tanam penanaman yaitu dianjurkan 40 X
(60-80) cm. Pola tanam dapat dilakukan dengan monokultur ataupun tumpang sari dengan
tanaman lain seperti bawang daun. Keempat yaitu pemupukan, pemupukan bisa
menggunakan pupuk organic maupun anorganik sesuai dengan kebutuhan. Kelima
adalah pendangiran yaitu usaha untuk menggemburkan tanah,namun pendangiran
harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman. Keenam yakni
pengairan, pada musim kemarau tanaman dapat diberi air 3 hari sekali. Tetapi
setelah berbunga diberi air 1-2 hari sekali. Ketujuh yaitu pemberantasan hama
dan penyakit, seperti hama serangga dan kutu daun yang sangat membahayakan bagi
tubuhan, namun masih dapat diatasi dengan pemberian semprotan pestisida.
Pengolahan
Lahan Tanaman Cabai Keriting, bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan
memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan
tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada
kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah
secara umum.
1) Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4) Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar ada barisan tanaman.
1) Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4) Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar ada barisan tanaman.
5) Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;
b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;
c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
a) Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;
b) Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;
c) Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
A. Hasil
Dari hasil pengamatan yang telah saya lakukan selama
praktek kerja lapangan adalah:
1.
Mengetahui
jenis dan kontur tanah sebelum dilakukan pengolahan
2.
Membiarkan
lahan yang sudah diolah agar unsur haranya terjaga sebelum dilakukan penanaman
B. Pembahasan
1.
Pengolahan
dilakukan agar unsur hara yang ada dalam tanah bercampur.
2.
Kontur dan jenis tanah mempengaruhi dalam pengolahan
3.
Pembentukan
bedengan dilakukan agar tidak digenangi oleh air
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lahan adalah
merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan
fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan
biotik meliputi hewan, tumbuhan dan manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti
membutuhkan pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat
tertentu hingga memperoleh susunan lahan ( struktur tanah ) yang
dikehendaki oleh tanaman.
Untuk itu kita
mesti tahu jenis dan kontur tanah sebelum melakukan pengolahan pada tanah
tersebut.
B. Saran
Setelah
melakukan pengamatan tentang pengolahan lahan pada tanaman cabai keriting,
bahwa mengetahui jenis dan kontur tanah itu sangat penting. Karena tidak semua
tanaman cocok pada setiap tanah. Untuk itu kita harus mengamati dan
memperhatikan jenis, tekstur dan kontur tanah.