“A burnt child dreads the
fire”
Mungkin peribahasa
tersebut cocok bagi seseorang dalam mengerjakan sesuatu agar selalu waspada
pada setiap hal yang dikerjakan.
Kali ini saya akan
membahas sesuatu hal yang pastinya bukan tentang percintaan atau perceraian
yang membuat hati selalu gelisah atau merana dibuatnya. Hehehhe …..
Apakah kalian sudah
tahu tentang “OKULASI”? bukan
Ejakulasi atau emansisapi … eh Emansipasi.
Menurut KBBI, okulasi adalah salah satu cara meningkatkan
mutu tumbuhan dengan cara menempelkan sepotong kulit (Entres / mata tunas) dari
batang atas pada suatu irisan kulit pohon lain dari batang bawah sehingga
tumbuh bersatu menjadi tanaman yang baru.
Keliatannya gampang,
kan? Hanya tinggal menempelkan mata tunas, dan tidak membutuhkan tanah untuk
menyatukkannya. Okulasi tidak sama dengan stek, karena tingkat kegagalan dalam
melakukan okulasi itu sangat tinggi. Keberhasilan okulasi saja hanya 30-40%
itupun harus sudah ahli dibidangnya. Ataupun sudah sering melakukan cara
perkawinan tumbuhan dengan cara okulasi.
Teknik okulasi memang
sangat sulit dan rumit dikerjakan bahkan alat-alatnya harus steril agar ketika
melakukan okulasi tidak ada bakteri ataupun virus yang menyebabkan terjadinya
kegagalan dalam melakukan okulasi.
Dalam melakukan okulasi
kita harus memilih pohon yang berbuah minimal 1 kali, hal ini bisa dibuktikan
dengan cara mengiris atau memotong kambiumnya. Apabila berwarna hijau cambium
tersebut berarti pohon buah yang kita jadikan okulasi belum pernah berbuah. Dan
apabila berwarna putih pohon buah tersebut sudah pernah berbuah.
Ketika kita memotong bagian
Entres/mata tunas usahakan jangan rusak mata tunas tersebut. Apabila rusak maka
hal tersebut tidak bisa dilakukan okulasi.
Alat-alat untuk okulasi
tidaklah rumit dan sulit, hanya pisau yang ukurannya 0,5 ml. untuk melakukan
okulasi dan kantong plastic / alat pengikat untuk menahan mata tunas tersebut.
Apabila kita menggunakan pisau/cutter yang berukuran besar juga bisa tapi,
bekas irisannya akan menganga dan susah untuk direkatkan entres dan phon
tersebut.
Selain harus berbuah
minimal 1 kali, kita juga harus mengetahui asal mula pohon yang akan dilakukan
okulasi. Jangan menggunakan pohon buah yang sembarangan, bisa-bisa hasil
buahnya kurang sedap dan sedikit masam. Untuk itu kita harus benar-benar tahu
asal mula pohon buah tersebut, sebelum kita menyesal kalau buahnya masam dan
kecut. Hehehhehehe
Usahakan semua alat
harus steril atau memakai alcohol, dan kalau sudah dipotong kulitnya lalu
tempelkan mata tunas/entre. Dan rekatkan dengan menggunakan tali rapia/plastic.
Hati-hati mengenai
tunas entresnya, karena kalau mengenai kegiatan okulasi akan gagal. Setelah itu
tutup dengan plastic dan simpan didaerah yang tidak tersinari matahari, hal ini
untuk menyesuaikan diri agar ketika kita buka pohon bisa menyesuaikan dengan
lingkungan. Siramlah pohon tersebut setiap hari, usahakan plastic tersebut
jangan dibuka sebelum muncul tunas baru berwarna hijau muda.
Phohon kita bisa
pindahkan ke daerah/tempat yang tersinari matahari, setelah kita simpan selama
3 hari lamanya.
Setelah seminggu-dua
minggu tunas baru akan muncul, lalu kita potong bagian atas pohon dan buang,
usahakan memotonnya jangan dekat mata tunas, lebih jauh minimal 2 cm.
Dan pohon siap menjadi
buah, tunggu selama 6 bulan-1 tahun pohon akan berbuah.
Pohon mangga, rata-rata
berbuah 1 tahun
Anggur berbuah sekitar
6 bulan setelah okulasi
Apel, jeruk sekitar 6
bulan-1 tahun setelah okulasi.
Hal ini bisa membuat
kualitas buah menjadi lebih bagus lagi dengan cara okulasi, namun tingkat
kegagalannya jauh lebih tinggi dibandingnkan cara cangkok ataupun stek.
Sekian penjelasan saya,
semoga bermanfaat…
Ini sudah saya
buktikan pada jenis bunga, dan berhasil.
NB: tidak hanya buah
bunga juga bisa dilakukan okulasi, pun jenis sayuran, papan bisa dilakukan
okulasi.
Bibit Setelah di Okulasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar