Selasa, 16 Februari 2016

Okulasi don't Ejakulasi



“A burnt child dreads the fire”
Mungkin peribahasa tersebut cocok bagi seseorang dalam mengerjakan sesuatu agar selalu waspada pada setiap hal yang dikerjakan.
Kali ini saya akan membahas sesuatu hal yang pastinya bukan tentang percintaan atau perceraian yang membuat hati selalu gelisah atau merana dibuatnya.  Hehehhe …..
Apakah kalian sudah tahu tentang “OKULASI”? bukan Ejakulasi atau emansisapi … eh Emansipasi.
Menurut KBBI,  okulasi adalah salah satu cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan cara menempelkan sepotong kulit (Entres / mata tunas) dari batang atas pada suatu irisan kulit pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman yang baru.
Keliatannya gampang, kan? Hanya tinggal menempelkan mata tunas, dan tidak membutuhkan tanah untuk menyatukkannya. Okulasi tidak sama dengan stek, karena tingkat kegagalan dalam melakukan okulasi itu sangat tinggi. Keberhasilan okulasi saja hanya 30-40% itupun harus sudah ahli dibidangnya. Ataupun sudah sering melakukan cara perkawinan tumbuhan dengan cara okulasi.
Teknik okulasi memang sangat sulit dan rumit dikerjakan bahkan alat-alatnya harus steril agar ketika melakukan okulasi tidak ada bakteri ataupun virus yang menyebabkan terjadinya kegagalan dalam melakukan okulasi.
Dalam melakukan okulasi kita harus memilih pohon yang berbuah minimal 1 kali, hal ini bisa dibuktikan dengan cara mengiris atau memotong kambiumnya. Apabila berwarna hijau cambium tersebut berarti pohon buah yang kita jadikan okulasi belum pernah berbuah. Dan apabila berwarna putih pohon buah tersebut sudah pernah berbuah.
Ketika kita memotong bagian Entres/mata tunas usahakan jangan rusak mata tunas tersebut. Apabila rusak maka hal tersebut tidak bisa dilakukan okulasi.
Alat-alat untuk okulasi tidaklah rumit dan sulit, hanya pisau yang ukurannya 0,5 ml. untuk melakukan okulasi dan kantong plastic / alat pengikat untuk menahan mata tunas tersebut. Apabila kita menggunakan pisau/cutter yang berukuran besar juga bisa tapi, bekas irisannya akan menganga dan susah untuk direkatkan entres dan phon tersebut.
Selain harus berbuah minimal 1 kali, kita juga harus mengetahui asal mula pohon yang akan dilakukan okulasi. Jangan menggunakan pohon buah yang sembarangan, bisa-bisa hasil buahnya kurang sedap dan sedikit masam. Untuk itu kita harus benar-benar tahu asal mula pohon buah tersebut, sebelum kita menyesal kalau buahnya masam dan kecut. Hehehhehehe
Usahakan semua alat harus steril atau memakai alcohol, dan kalau sudah dipotong kulitnya lalu tempelkan mata tunas/entre. Dan rekatkan dengan menggunakan tali rapia/plastic.
Hati-hati mengenai tunas entresnya, karena kalau mengenai kegiatan okulasi akan gagal. Setelah itu tutup dengan plastic dan simpan didaerah yang tidak tersinari matahari, hal ini untuk menyesuaikan diri agar ketika kita buka pohon bisa menyesuaikan dengan lingkungan. Siramlah pohon tersebut setiap hari, usahakan plastic tersebut jangan dibuka sebelum muncul tunas baru berwarna hijau muda.
Phohon kita bisa pindahkan ke daerah/tempat yang tersinari matahari, setelah kita simpan selama 3 hari lamanya.
Setelah seminggu-dua minggu tunas baru akan muncul, lalu kita potong bagian atas pohon dan buang, usahakan memotonnya jangan dekat mata tunas, lebih jauh minimal 2 cm.
Dan pohon siap menjadi buah, tunggu selama 6 bulan-1 tahun pohon akan berbuah.
Pohon mangga, rata-rata berbuah 1 tahun
Anggur berbuah sekitar 6 bulan setelah okulasi
Apel, jeruk sekitar 6 bulan-1 tahun setelah okulasi.
Hal ini bisa membuat kualitas buah menjadi lebih bagus lagi dengan cara okulasi, namun tingkat kegagalannya jauh lebih tinggi dibandingnkan cara cangkok ataupun stek.
Sekian penjelasan saya, semoga bermanfaat…
Ini sudah saya buktikan  pada jenis bunga, dan berhasil.
NB: tidak hanya buah bunga juga bisa dilakukan okulasi, pun jenis sayuran, papan bisa dilakukan okulasi.


Bibit Setelah di Okulasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar